Skip to main content

Tips Melawan Big Break


Akhirnya saya menulis tantangan ODOP ini; BIG BREAK (entah tantangan pekan ke berapa, lupa)

Apa sih big break itu?  big break yang akan saya bahas di sini bukan tentang British Game Show yang seru itu, tapi yang merupakan sebuah istilah di dunia kepenulisan. Jika diartikan perkata, big break artinya istirahat yang besar. Tapi dalam dunia kepenulisan, big break artinya adalah istirahat yang lama dari dunia tulis menulis a.k.a tidak menghasilkan satu pun tulisan dalam waktu yang lama. Entah dengan berbagai alasan atau hanya tidak ingin sama sekali.

Mengenai big break, ada beberapa orang yang memang betul-betul tak pernah menulis satu tulisan pun dan sebagian besar lainnya, ada yang dulunya aktif menghasilkan karya, menulis untuk media cetak, media elektronik atau blog lalu kemudian berhenti sama sekali dalam rentang waktu yang lama dan hanya menulis status-status pendek di media sosial. Berbulan-bulan hingga bertahun. Hiatus yang panjang, hidup yang setengah mati.

Termasuk saya. Saya pernah mengalami kehidupan yang setengah mati seperti itu. Meski ingin tapi tidak kulakukan. Termasuk bahkan saat saya sudah bergabung dalam komunitas ODOP. Saya pernah tidak menghasilkan tulisan sekitar hampir tiga minggu. Hingga utang tulisan bertumpuk dan saya dihantui perasaan malu dan bersalah. Sebab ada begitu banyak orang yang memiliki setumpuk kegiatan, pekerjaan dan tuntutan hidup lainnya tapi masih setia menghasilkan sebuah tulisan tiap harinya, atau paling banter mereka tidak menulis satu dua tiga hari saja.

Sejak masa sekolahan, saya sudah jatuh cinta dengan dunia literasi. Menulis dan membaca, menikmati sastra meski tidak mengerti apa maksud dan pesan dari sang penulis. Semakin tenggelam saya dengan buku-buku, dari novel-novel picisan, kemudian novel-novel yang cukup berisi dan berlanjut kepada buku-buku berhikmah…saya akhirnya menyadari bahwa sebuah tulisan ternyata mampu memberikan pengaruh dan efek yang cukup baik bagi yang membacanya. Dari kesadaran itu, saya akhirnya memutuskan untuk belajar menulis, belajar menuangkan apa yang saya pikir dan rasakan lalu berharap setidaknya orang lain atau saya sendiri bisa mendapatkan  sesuatu dari hasil proses menulis itu. Dan ternyata benar,  saya akhirnya menemukan kesenangan baru, menemukan cara untuk membahagiakan diri dan memanfaatkan apa yang Allah sudah berikan, waktu dan bakat yang masih harus selalu kuasah.

Ada beberapa hal yang menjadi alasan umum kenapa seseorang berhenti menulis, yaitu tak menemukan ide, memiliki kesibukan baru, merasa miskin diksi hingga merasa tak pantas lagi untuk menulis. Dari alasan-alasan tersebut, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar kembali bersemangat untuk menghasilkan sebuah karya tulis. Dan tips-tips ini sudah kucoba saat melawan big break, dan BERHASIL!


  • MEMBACA
Membaca selalu berhasil membuat banyak orang kembali menulis, karena setelah membaca, otak terefresh dan kata-kata kemudian seolah bertebaran di kepala. Bahkan setelah membaca, kita menemukan bahwa ada banyak kata-kata yang bisa kita rangkai menjadi sebuah tulisan atau sekedar cerita sederhana. Baca buku, novel, puisi-puisi, cerpen dan karya sastra lainnya.

   

  • MENONTON
Dengan menonton, kita selalu berhasil diserang ide. Kita takjub dengan cerita dan pesan dari film yang kita tonton kemudian rasanya ingin menulis cerita dan pesan yang hampir sama ataupun berbeda, tulis saja!


  • NGEMIL
Kalau lagi niat menulis tapi kursor laptop hanya berkedip-kedip dan kepala rasanya buntu gak tahu apa kata selanjutnya, maka cara menyenangkan buat kembali bersemangat adalah ngemil. Rehat sejenak, ngemil apa saja, minum kopi susu, teh atau minuman lainnya kemudian lanjut menulis lagi. Daann  it works!


  • MEMOTIVASI DIRI
Saat terserang penyakit big break dan ingin segera sembuh, hal pertama yang saya lakukan adalah memaksa diri buat menulis, menulis apa saja, mau panjang ataupun pendek, intinya saya menulis. Saat proses memaksa diri itu, saya mengingat niat pertama saat join di komunitas ODOP, yaitu mau menulis tiap hari apapun kesibukanku nantinya biar satu-satunya passionku ini bisa terasah dan kesenangan berbagi cerita apa saja bisa tersalurkan.

Daan itulah empat tips yang sudah kucoba saat proses melawan big breakku. Semoga bermanfaat buat kalian siapa saja yang membaca ini. Agar hiatusnya gak lama. Agar waktu kita terpakai dengan lebih positif. 

 Semangat menulis, semangat menebar manfaat, selamat kembali hidup!!


                                    

Senin, 20 Februari 2017_ Masjid Arafah SPIDI
#onedayonepost

Comments

Popular posts from this blog

Drama dalam Kepala Buibu

Assalamualaikum, rumahku... Apa kabar? masih dengan status "hidup ndak, mati ogah" yah, rumah? heheh iyya... i need you but always forget you yah. Sini peluk rumahku diriku bukuku! Eniwei, alhamdulillah, syukur yang dalam nan tulus karena Allah masih berikan kita kesempatan hidup sehat dalam keadaan masih muslim untuk ketemu Ramadhan ini; bulan penuh cinta paling hidup. Dear, rumahku. Temani saya ngobrol bout two choices yang lagi riuh pisah di kepalaku sendiri yah, here we go bismillah. Em, diskusi bout being a full mom at home atau being a working mom adalah topik yang menurutku ndak pernah etis  buat didebatkan mana yang paling mengambil peran termulia sebagai ibu dan mana yang 'ibu setengah mulia karena kerja di luar rumah' atau malah menjadi 'ibu kolot tidak terpelajar karena di rumah saja ngurus urusan dapur kasur', semua tergantung niat, kualitas diri dan keridhaan anak suami menurutku. Lets see the world, ada banyak ibu full time di

Kepada Dirimu, Hafsah.

Kepada dirimu, Ada waktu-waktu saat kita saling berbicara tentang kelu yang kita rasa bersama. Ada mata yang basah saat mengenang sedihnya menjadi perempuan seperti kita. Tapi itu dulu,  dua tiga tahun yang lalu. Kita sudah memilih berbahagia dengan banyak sekali cara, turut bergembira dan memeluk hangat, ketika kawan kita yang lebih dulu_ dan lagi-lagi_ diizinkan  Tuhan. Bukan kau atau aku. Kita sudah menyabarkan diri, memilih lebih percaya Tuhan Daripada sesak yang terus berlarut. Sesekali kembali basah, tapi tak mengapa membiarkannya  tumpah mungkin lebih baik Daripada berkarat hati dan runtuh kepercayaan padaNya, pada Tuhan yang lebih dekat daripada urat leher kita sendiri. Kau tahu?  Setiap kali aku ingin merutuki takdir, menangis sesegukan di ujung kasurku,  Saat setanku berbisik untuk mengutuk Tuhan, aku melihatmu. Duduk disampingku dengan mata sembab dan  luka yang lebih dibanding aku. Atau sekali waktu, kau datang dengan

Tahfidz Putra Darul Istiqamah Dan Surga Sebelum Surga

Air berkecipak Saling beradu pelan, syahdu dari gerakan-gerakan suara yang kutahu lebih baik dari kecipak air mandiku. Dalam gelap paling mustajab kakikaki itu pergi ke rumah tuhan. Masih dalam separuh buaian mimpi aku tahu, tuhanku juga memanggil lalu aku; dengan mata tertutup menakarnakar rindu padaNya, menghitunghitung kekuatan melawan syaithan. ______________ Sudah pukul empat pagi ketika saya mulai menulis ini, dan dari masjid masih terdengar suara imam memimpin shalat tahajjud. Tartil, merdu, indah. Percayalah, menuliskan ini butuh banyak kekuatan. Ini pertama kalinya mengenalkan kehidupan baruku kepada rumah abu-abu ini. Dan  sepotong cerita pagi tentang Tahfidz Putra Darul Istiqamah,  its more than wonderful masyaallah. Masih pukul tiga-an, ketika qadarullah saya terbangun karena sebuah mimpi. Dalam proses memperbaiki posisi tidur kembali, di waktu ketika bahkan kokok ayam belum satu pun terdengar, saya mengenal baik suarasuara air  dan langkah kaki santri-santri y