Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

Rindu Oofa

Sekarang saya lagi di rumah, rehat setelah shift malam untuk lanjut lagi shift siang sebentar. Oofa di sekolahnya, beberapa meter saja dari rumah. Tapi tetiba rindu dia. Rinduuu sekali. Siapa pun tak boleh menghujat rindu seseorang bukan? Secengeng apa pun kedengarannya. Dan tabiat rindu, entah kenapa memang aneh sekali. Selalu tiba-tiba datang menyergap, then make us blue. Baru saja tadi pagi, saya memintanya shalat shubuh segera, kemudian  sarapan berdua, dan menyuruhnya segera mandi. Mengusapkan minyak telon, membantu memakaikan baju koko, menyisir rambutnya bahkan berjalan kaki berdua ke sekolah. Di perjalanan, saat menggandeng tangannya, Oofa bilang begini: " Ummi, saya mau jadi syekh Fadhlan. Syekh Muhammad Fadhlan. Baru nanti pergika ke Makkah...ummi dii? Ummi..." Lalu saya tersenyum, mengaminkan. Jangan tanyakan siapa itu Syekh Muhammad Fadhlan, sebab saya juga tidak tahu. Itu lanjutan keinginan Oofa dari ceritanya semalam_saat dia sedang belajar menulis "

Pun Di Atas Nampan Pualam, Hantu Writer's Block Datang Juga!

Bercita-bercita menjadi seorang penulis itu jangan bayangkan bahwa orang tersebut begitu getol dan semangat menulis kapan saja. Big No! Saya saja yang katanya ingin menyimpan harapan bapak di atas nampan pualam berkilat_ agar kelak menjadi penulis bermanfaat_ masih saja selalu didatangi hantu Writer’s Block. Entah karena alasan yang merujuk pada makna aslinya sendiri atau hanya karena alasan yang mengada-ada saja.  Apa itu writer’s block? Selanjutnya akan kutulis WB saja yah, biar lidah tak perlu lelah. Writer’s block adalah keadaan di mana seorang penulis tidak dapat menuangkan segala idenya ke dalam tulisan. Pikiran menjadi buntu, otak seperti tidak ada di dalam kepala dan kata-kata seperti hilang dan tidak dikenal lagi. Mungkin seperti itulah singkatnya makna WB itu, IMHO. Dan mirisnya, hampir semua penulis pernah mengalami kedatangan hantu WB ini, dari penulis pemula sampai penulis professional. Parahnya, penulis pemula yang terkena WB ini bisa saja beranggap

Who Are We?

Me : Oofa di sekolah punya sahabat? Oofa : … Me: Sahabat itu apa, Nak? Oofa : Emm… sahabat itu Bro! Me : haah? Kok bro, Nak? Kenapa bro? Hahahhhahah Oofa : iyye, sahabat itu bro! Me : Sahabat itu, Nak yang begini lalalala… ____                                                                             Itu adalah sebuah percakapan saya bareng Oofa di suatu malam sebelum tidur saat dia ikut nginap di tempat kerja. Saya hanya ingin tahu siapa sih teman kelas yang sangat dekat dengan dia. Even, makna sahabat yang dia tahu masih sebatas yang selalu mau berbagi makanan dan main apa saja bareng dia. Belum sampai ke makna sahabat seperti yang ada dalam kepala kita masing-masing. Karena kita yang sudah dewasa (tua umur) ini pun   mungkin punya opini yang berbeda tentang sahabat. And its okay 😊 Sahabat : seseorang yang tidak masalah jika dia tidak selalu ada di jangkauan mata kita tapi dimana pun, dia selalu bisa menjadi tempat berbagi cerita apa saja. Kita bisa ju

Semua Akan Biru

Di sini ada yang membadai Membeliung Melempar tanya-tanya, membias rasa Hilang nama. Buram. Berlari sesuatu dari tubuh Pergi. Lalu pulang kepada muasal. Ini benar, ini salah. Ini badai, ini beliung Tak apa. Kita akan baik-baik saja. Ombak ini akan pulang Bias ini akan pupus Habis. Hujan akan menjadi titik. Satu-satu lalu biru. Semua akan selesai. Tabahlah dalam doa-doa yang lebih. Larung ragu, libas. Semua akan biru                                   Langitnya Kak Iis :) Jumat barokah, 28 Juli 2017 #onedayonepost

Dika Hijrah Tiap Hari

Dalam beberapa keadaan, aku tahu, aku menempati tempat tersunyi. Lalu berdebat dengannya tak mau habis, pula paksa-paksa untuk Jeli, untuk sadar, ini suara iman. Bukan kehinaan. ______ “heii, mungkin berjilbab seperti itu cantik, yah. Keren…” mata coklat Dika menangkap siluet perempuan berjilbab pashmina greentea yang berjalan di koridor kelas. Anggun. Lagi, hatinya teriak girang hanya untuk berdengung di hatinya saja. Tidak pada sesiapa. Lalu.. “juga gamis seperti itu! Aiih, aku bisa sedikit lebih modis lagi ternyata. Kalau begitu kan jadi kelihatan smartnya, juga kesan shalihahnya tetap ketangkep…”  bibir Dika tersenyum, juga matanya, lima detik cukup. Seperti ada bohlam yang menyala terang di atas kepalanya. Ada referensi baru yang perempuan berlesung pipi itu dapat dalam berbusana untuk esok hari. Esoknya Dika malah datang ke kampus dengan potongan gamis sederhana dan jilbab segitiga menjulur sampai ke bawah dada, sampai menutupi bokong malah. Bukan d

Aku Bukan Ali Radhiyallahu Anh'

“ Karena meski bagaimana pun, dialah yang mencintaimu sejantan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu. Yang berprinsip ketika mencintai hanya akan ada dua sikap seorang lelaki sejati; melamar atau melepaskan.” Senyap menghinggap. Kamar ini rasanya terlalu sempit, menjepit. Mulutku kering, jemariku beku. Waktu rasanya sudah terlalu tua dan ingatanku tiba-tiba rapuh, lupa bagaimana menyusun kata agar meyakinkanmu bahwa semua akan baik-baik saja. Atau, apakah bukan kata yang harusnya kuucapkan tapi usaha yang   kubuktikan?? Kumohon, jawab aku, Ta! Ini sudah jurnal yang ke sekian, Ta. Bergelas-gelas kopi kuteguk saban malam, sebab mataku tak mau tertutup sedang ingatan tentangmu rasanya akan membunuhku. Dan penggalan kalimat itu masih menghantui. Kenapa pula kutuliskan kalimat sebijak itu untuk menguatkanmu menerimanya sedang aku tak pernah tahu dia akan sepicik itu menyakitimu?! Kenapa kutuliskan itu sedang aku yang lebih dulu memintamu pada Tuhan?? Aku naïf, Ta! Bodoh!  Ta,