Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2017

Review Film The Blind Side (Drama Amerika 2009)

THE BLIND SIDE Sutradara : John Lee Hancock Produser : Broderick Johnson, Andrew Kosove, Gil Netter Skenario : John Lee Hancock Cerita : Michael Lewis Pemeran : Sandra Bullock, Quinton Aaron, Tim McGraw, Jae Head, Kathy Bates                                                                Durasi : 129 menit                            Tanggal rilis : 20 November 2009 Negara : Amerika Serikat ________________ Heii… sudah pernah nonton film The Blind Side? Film ini film yang sudah lama dirilis, tahun 2009. Tapi baru kunonton dua hari kemarin   setelah menjadi materi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Dan saya bisa bilang, this movie not   just a movie, this is a great movie, buddy! The Blind Side, sebuah film keluarga yang setelah searching baru kutahu ternyata diangkat dari kisah nyata kehidupan seorang pemain football Amerika terkenal. Sebuah kisah kerasnya perjalanan hidup seorang anak hitam, broken home, tunawisma, traumatis dan terkucilkan bernama

Mager

Mager. Kamu pernah? Sekodi jempol buat yang gak pernah mager. You rawks, Dude! Saya mager. Sekarang. Malas gerak, like foolish, like loner. Tidak ada motivasi yang saya punya biar mau masuk kelas pagi ini. Pure lazy-stupid. Padahal nyaris setengah jam saya cuman duduk sendirian di koridor kelas yang lagi berlangsung. Duduk bego tanpa mau ngapa-ngapain. Daan fix, saya absen hanya karena memelihara kebegoan ini. Mengacuhkan ajakan kawan yang baru datang, untuk masuk ke dalam kelas. Ini first time begini. Biasanya, mager pun, saya pasti akan tetap masuk kelas. Mengikuti proses belajar bersama kawan-kawan yang lain, dalam apa pun bentuk moodku. Tapi pagi ini beda. Begoku mungkin di poin maksimal. _________ Yang di atas itu tulisan tadi pagi, pukul sepuluh-an lewat sedikit, berhenti di situ saja. Karena, setelah berbego-bego di koridor kelas sendirian, di mata kuliah kedua, saya memutuskan masuk mengikuti kawan yang baru datang dari tempat fotocopy . Saya memutuskan untuk meng-cut

Ketika Kau Bertanya Dimana Aku, Kak...

14. 53. Aku di sini, Kak. Di samping jendela yang berembun. Dengan kata-kata yang sunyi, perut melilit. Dengan aroma petrikor yang ingin kumabuki tapi tiada. Dilarung air langit yang terlalu keras jatuh beramai-ramai. Dengan kawan yang merayakan sepi sebab memilih dunia yang maya. Aku di sini, Kak. Di kursi tempatku menempatkan tubuh seutuhnya. Dalam sepi, dengan perut melilit. Aku di sini, Kak. Mereka-reka kabarmu, juga kabar mereka : gerangan apakah yang membuat rumah kita ini sunyi, dan tinggal kau sendiri di sini? Aku di sini, Kak. Sedari pagi dengan puisi-puisi yang nyaris mati. ______ Kau bertanya, aku menjawab, lalu bunda kita menimpali. Izinkan aku menyimpannya di sini. Sebab cinta, aku ingin selalu mengingat bahwa dia memang nyata. _____ 14. 58 Sayang,, Andai kau tau, Kata tak mampu mengganti jasadmu, Maaf cinta, Ada masa dimana hadirmu, Melebihi ribuan kata yg berbaris rapi di antara layar biru ini, Aduh sayang, Mereka ini sedang membahas, Akan hadi

Bapak dan Kata-Kata Paling Sunyi

Aku selalu tahu, ada satu lelaki yang akan utuh mencintaiku,  lebih dari siapapun setelah Tuhan, bagaimanapun aku. Yang sepenuh sayang menatap dalam diam, yang memelukku berkali-kali setiap hari dengan doa tanpa bosan. Dia lelakiku tersayang, lelaki pertama yang mengajari cinta juga dunia. Yang saat kukenali namaku, kukenali juga dia sebagai lelaki yang akan menjagaku dengan nyawanya. Yang akan mencintaiku lebih banyak dari seluruh rambut putih di kepalanya. Dia bapakku. Lelaki dengan kata-kata cinta paling sunyi, dengan mata paling merah jambu. _________ Hari ini kuliah pagi. Tiga mata kuliah,  dari pukul sembilan sampai pukul tujuh belas lewat sedikit. Dijemput suami dan diantar bapak; lelaki tua tersayangku. Tersebab baru pulang shift malam di pukul tujuh lewat, membuatkan susu, menyiapkan semua keperluan Oofa ke sekolah, menyetrika dan lalalala yang baru selesai setelah pukul delapan lewat, tidak sekali pun tubuhku mau menerima kenyataan kalau hari ini kuliah pagi. Maafkan, saya me

Luka

Lelah. Doa yang mati Laku-laku yang sia. Tualang yang tak lebih kuat dari tulang-tulang Yang dibawa pergi tanpa ikhlas Kosong. Sia saja. Serapah;  tiada mengerti kenapa lisan tak mau bisu. Kepala yang meledak-ledak Lalu darah memerah mendidih, memukul-mukul dada Sedang tetes-tetes putih merembes di ujung mata. Ini luka. Dari puisi yang berduka. Terima kasih, pupus aku hari ini

Bagaimanakah Besarnya Cinta Allah Padamu, Sayang?

Hokeh, ini rumah keduaku. Tempat tumpah macam cerita, juga sampah-sampah. Meski sebenarnya saya selalu berharap ada sampah yang bisa kalian daur ulang di sini, dengan bentuk yang jauh lebih baik. Pemahaman yang baru. Hari ini alhamdulillah saya berkesempatan juga jenguk Alif di RS Wahidin Makassar. Dia masih di ICU, pasca operasi Senin (091017) kemarin dia sempat sadar sehari kemudian muntah-muntah, demam tinggi dan sampai sekarang matanya belum terbuka-buka. Tapi dia merespon alhamdulillah kalau kakinya dielus, ada gerakan kecil dan lemah. Juga begitu kalau badannya dimandi, mamanya bilang dia bersuara kalau dimandi, meskipun dengan suara yang sangat lemah dan singkat. Tapi itu sudah syukur sekali kata mamanya. Badannya panas, dua kaki kecilnya  membengkak entah kenapa. Ada beberapa selang  di tubuh kecil nan ringkihnya Alif. Satu di antaranya selang yang dipasang di bawah  kulit perut; kalau tidak salah iyyah begitu kata dokternya tadi, waktu kukira selang itu dipasang di lambung.

Menjadi Bahagia.

Barusaja kemarin malam saya tidur dengan doa-doa semoga hari ini saya bangun tanpa penyesalan, tanpa rasa bersalah. Dan Allah ijabah. Rasanya bahagia, setelah tulisan panjang dengan bahasa yang njelime t kemarin,  tentang kondisi Rezki a.k.a si Alif kecil, alhamdulillah akhirnya Allah buka hati banyak orang. Banyak yang mengomentari dan menshare tulisan itu, banyak yang japri mengirimkan doa-doa tulus. Dan satu orang yang mengabari kalau sudah transfer. Iya baru satu orang, tapi saya selalu percaya, ada begitu banyak orang baik yang akan digerakkan Allah hatinya. Mungkin beberapa juga seperti saya, yang tak bisa membantu banyak secara materi tapi sepenuh hati menyemangati kawan agar sedia membantu. Its not my money, but i'm happy. Lega tepatnya. Dan berbagi seperti ini tidak pernah tentang nominal, sebab sedikit banyaknya itu bukan masalah. Tapi berbagi seperti ini selalu menularkan energi positif, kemauan untuk juga bisa membantu, kepedulian yang terasah. Sebab Allah sendiri

Surat Terbuka Untuk Kita

Menuliskan ini, saya malu sebenarnya. Tapi maluku dikalah dengan khawatir dan penyesalan yang mungkin saja akan memenuhiku nanti. Bukan. Saya bukan malu karena memiliki keponakan sepupu berumur tiga tahun-an tapi berbadan bayi delapan bulan-an,  dengan kepala yang tak normal; besar, berlubang dan  menonjolkan bentuk tulang kepala yang terpotong, badan kurus kering, berperut besar, dan jauh dari kata menggemaskan, menyedihkan. Tapi saya malu karena tak bisa membantu banyak selain menuliskan ini. Mengetahui bahwa  bapak mama bocah bayi itu yang menjaga belasan hari di RS dan sempat memakan nasi yang sudah basi, rasanya menyesakkan. Ini takdir yang terlalu pedih untuk sekadar kubayangkan saja. Saya baru saja pulang shift siang  pukul setengah sebelas malam tadi, belum duduk malah. Dan mama menyampaikan kabar ini; Rezki kejang-kejang, muntah-muntah dengan suhu badan yang tidak normal. Badannya panas terus. Mamanya menelfon memberi kabar, terisak sedih. Padahal setelah belasan hari di RS

Selamat, Hafshah...

Selamat, Shah. Selamat untuk kehidupan baik yang Allah beri. Untuk dua puluh tiga tahun sehari, purna kau bernapas. Sehat, alhamdulillah. Bukankah tak pernah ada doa yang terlambat? Kapan pun waktunya, doa akan bertemu jalan menuju Tuhan. Kepada yang Maha mengijabah. Hafshah... Semoga kau disayang Allah selalu; dipeluk dalam hidayah agar setia beristiqamah dalam keshalihan. Agar tak ada laku yang menjadi sia di dunia. Kau bahagia hingga surga. Semoga kau menjadi momy yang bahagia penuh syukur; yang riang menemani tumbuh kembang dua jagoanmu, Daffaku sayang Rayyanku shalih. Agar mereka jua tumbuh dalam bahagia, hingga kelak menjadi pejuang agama. Agar di padang mahsyar kau tak nestapa sebab ada mereka yang setia mengalirkan doa. Semoga Allah berkahi kehidupan rumah tanggamu selalu. Semoga tak pernah ada lakuku yang menyakitimu, Shah. Yang membuatmu mengutuki aku sebagai kawan yang memalukan. Hafshah, untuk dua puluh tiga tahun sehari usiamu, terima kasih untuk belasan tahun per

Mama dan Janji Yang Kalah

Selamat malam, rumahku yang sepi…   Saya baru saja pulang dari shift, belum cukup sepuluh menit masuk rumah. Segera beberes dua tempat tidur, angkat Oofa yang tertidur di luar kamar setelah main kapuk sama neneknya yang lagi remake beberapa bantal dari sebuah kasur tua. Iyya, mama memang hobby sekali membuat lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri, selama   beliau nyaman dan bermanfaat buat orang lain, mama akan bekerja   sampai tidak ingat waktu. Sampai sekarang, saat semua orang rumah sudah tidur karena memang sudah jam sebelas malam lewat,   mama masih ada di luar kamarnya, berjibaku dengan tiga karung kapuk yang tadi sempat kulihat sekilas sudah banyak beterbangan di ruang tamu. Saat menulis kalimat ini, dari dalam kamar saya bisa mendengar mama sedang menyapu.  Dan kenapa saya menulis perihal itu yah? kenapa pula postingan ini berjudul lebay? Baiklah. Sebenarnya saya tidak tahu harus menulis apa. Empat hari kemarin tidak ada satupun tulisan yang terposting. Ya