Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2017

Cinta Pertamaku (first love story, main jujur-jujuran)

I Jam makan siang, selepas shalat dhuhur. Dari teras rumah kakak kedua, Gowa. Saat kelas empat SD. Dia berjalan di jalanan setapak dari asrama menuju dapur umum, membawa piring, menunduk seolah takut kalau-kalau ada ranjau.   “Dia siapa, Kak Nahar?” tanyaku pada kakak keempat. “Itu? Dia santri putra, namanya anu…nanti dia mau ke Maros, jadi anak tahfiz.” jawab Kak Nahar singkat. Sama singkatnya dengan aku yang juga hanya melihatnya sekilas. Sambil lalu saja. Lalu lupa. II Pengajian malam Rabu, Masjid Jami’, Maros. Kelas I Tsanawiyah (kelas tujuh SMP) “Siapa itu yang mengaji?” tanganku berhenti mencoret-coret kertas yang sedari awal sejak MC bicara, sudah kulakukan. Teman disebelah yang juga tidak serius mengikuti pengajian, mengangkat bahu tidak tahu, malah ikut memajukan badan. Hendak melihat siapa gerangan yang mengaji dengan suara indah.  “Ooh…masya Allah” Kepalanya yang menunduk, aku ingat. oh dia sudah di sini rupanya. Aku kembali duduk

Berapa Kali?

Berapa kali kau akan membiarkan mereka mati? Bisu, tak bergerak. Menjadi mayat tak berbentuk. berserakan di tanah, di langit, di kaki, di kepalamu. Di lalu lalang sibuknya manusia. Mengenaskan. Kata-kata, bukankah bisa hidup dimana saja? Dan, Kau. Kau tak lagi bernama. Tenggelam juga, pelan-pelan mati. Menyedihkan. Kau. Sama saja. Hilang arahmu. Mimpimu dibunuh waktu yang kau buang sia. Lalu sial. Jemarimu serupa telah dikerangkeng oleh entah apa. Tak berwujud. Kau lupa, ada seorang bocah yang hidup di tubuhmu. Yang bisa merajuk, bisa berlari. Silahkan memilih. Sebab jiwanya adalah kau. Hanya saja, jangan biarkan dia mati. Berapa lama kau tak pernah menulis? Betahkah kau menjadi begitu? #oneweekonepost Kampus YAPIM, Senin 27 Maret 2017

Review Tentang Kamu_ Tere Liye

    Judul : Tentang Kamu Penulis : Tere Liye Penerbit : Republika Cetakan I, Oktober 2016 Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita. Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi. Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan _____ Sebuah kehormatan bisa mengenalmu, Sri Ningsih! Buku terbaru Tere Liye ini akhirnya bisa kubaca juga, setelah berharap mendapatkannya lewat kuis di grup odop   dan gagal . Haish…nanti bikin kuis yang selevel sama otakku saja yah, Mba Mas odop^^ Buku ini ternyata bisa kubaca dari orang yang sangat dekat, santriku sendiri. Buku yang ternyata sudah dia punya sejak November karena ikut PO dan d

Dengan Luka-Luka

Pagi pecah, tetiba riuh. Lelaki kecil penuh luka-luka (atau bersisa bekaskah? Entah) pelakunya. Muntahan air mata, teriakan- teriakan. Hingga Atap rumah kecil kita rasanya akan terlepas saja. Bising. Terlalu bising. Bagaimana bisa kau terima dia, Bu? Katamu, karena dia anak manusia. Kita manusia. Bukankah dia punya ibu sendiri? kenapa harus kau, Bu? Berhenti, Nak. Dia hanya dititipkan pada kita. Hidup sudah cukup kejam. Ibunya tak punya pilihan. Apakah kita juga harus berlaku kejam? Terserah kaulah, Bu. Dia hanya membuat pagi kita pecah. Bising. Perutku rasanya teriris-iris, Nak. Bagaimana jika anakku, anakmu yang menemui nasib demikian? : Ayah ibu yang sibuk dengan serapah-serapah dan keringat. Pekak telingaku, bahkan. Bagaimana dengan lelaki kecil yang seperti kudisan itu? Hidup terlalu kejam, Nak. Terserahlah, Bu. Bukankah hidup memang harusnya berwarna? Kita bahkan sudah terlalu sering menuai hitam di langit-langit  rumah kita. Menggantung di dinding, menempel di la

Balada Menjadi Ummi

Saya tidak ingat kapan terakhir kali menemani Oofa belajar bersama dengan antusiasme dan waktu yang banyak. Sampai tadi malam, saya akhirnya melakukannya lagi. Sepulang dari shift siang semalam, keinginan untuk segera bebersih badan, nimbrung di group bedah film odop dan beristirahat  jadi harus tertunda. Tumpukan pakaian yang tidak sempat kulipat kemarin _karena harus menyetrika pagi, kuliah dan langsung ke tempat kerja sampai malam_ harus kuselesaikan jika mau tidur di kasur yang nyaman. Seringnya memang saya akan menemani Oofa belajar dan bercerita, tapi sangat jarang dengan waktu yang banyak. Jika pun ada waktu yang banyak, saya yang akan lebih dulu mengibarkan bendera putih, menyerah. Mengarang cerita bahwa beruang atau gajah atau Hasan dan Hussain kelelahan, mengantuk, terpaksa harus tidur di bawah pohon dan tak boleh ada yang mengganggu. Jadi cerita selesai, tidak boleh lagi ada suara; ummi dan Oofa harus tidur juga. Meski Oofa akan selalu merengek agar cerita dilanjutkan,

Kesenangan Nyampah

Ba’da shubuh tadi, selepas melengkapi up date rekapan tilawah teman-teman LIBAR, saya mengunjungi group share link teman-teman odop dan kemudian blog walking. Saya meringis, melihat link-link postingan yang bukan milikku. Padahal saya sendiri yang menulis no more excuse untuk tidak menulis setiap hari. Dan melempar alasan, hanya akan mengumumkan betapa kerdilnya pemilik blog ini.  Saya mengunjugi blog teh Ibunk, Mbak Mabruroh Qasim. Mbak yang pernah ngejapri saya dengan sangat manis nan bijak untuk mengingatkan agar memerhatikan tanda baca dan typo dalam tulisanku, agar pembaca nyaman ketika membaca_and I’m very thankful for reminder_Salah satu bunda odop yang masya Allah semua tulisan-tulisannya. Manis, mengalir dan berhikmah dalam semua bentuk tulisannya; fiksi non fiksi. Tulisan beliau yang saya baca berjudul “Hikmah Tulisan Sampah” Saya tidak akan mereview tulisan singkat nan padat milik bunda keren itu, saya hanya akan bilang betapa jauhnya mutu tulisanku denga

Parenting Note (Dari Ummu Qaniyah Untuk Ummi Sedunia :D)

Oleh : Ummu Qaniyah Apakah Anak di bawah 7 Tahun Tidak Boleh diajarkan Adab atau Mandiri atau Disiplin? Ayah Bunda yang baik fitrahnya, Anak anak kita di bawah 7 tahun ini fitrahnya masih baru tumbuh merekah sedang indah indahnya. Jadi harus hati-hati benar dan sepenuhnya mencintainya. Para psikolog menyebut masa ini masih pra latih atau pra operasional. Dalam perspektif perkembangan manusia, masa ini anak belum punya tanggungjawab moral apalagi sosial. Karenanya dalam Islam, orangtua baru diperintahkan utk memerintahkan anaknya (untuk sholat) di usia 7 tahun bukan sejak dini, apakah Allah lalai? Tentu Maha Suci Allah, karena Allahlah Yang Paling Tahu fitrah manusia. Tiada anak di bawah 7 tahun yg suka gerakan formal dan tertib. Begitupula banyak hadits bertebaran ttg betapa pentingnya merawat imaji imaji keindahan anak di bawah 7 tahun. Imaji dan abstraksi anak sedang puncaknya. Maka betapa penting dan besarnya pahala bermain, bercanda dan membahagiakan hati anak. Pesan Rasul

Life Is Not Just Live, Buddy!

Yuhuu...welcome back to Busy Zone, Hikmah! Iyya, alhamdulillah. Ini hari kedua perkuliahan semester empatku. (Uhukk udah twenty one tp masih sem empat :p) Noprob, yang penting kuliah dan bapak tidak menderita batin. Remember? saya pernah cerita kalau sebenarnya saya tidak niat jadi mahasiswi. Otakku terlalu simple buat dijejali dengan berbagai macam teori-teori ilmiah. Dan kenapa akhirnya saya ada di sini? Yah, all is for my bapakk :D Gara-gara insiden bodoh saat graduation day , saya akhirnya membujuk sisa-sisa diriku yang pernah punya cita-cita untuk kembali mau melihat dunia yang lebih bersinar dan bisa bahagiakan bapak daripada dunia di rumah-tempat kerja semata.  Masih lekat dalam ingatanku, kala bapak dengar apa keputusan yang sudah kuambil; berkuliah sambil tetap kerja. Bapak diam lalu kemudian bilang: "Memang itu yang terbaik. Dari dulu yang kuharap itu semua anakku kuliah, sekolah tinggi-tinggi biar tidak ada yang seperti saya." Dan say

Calon Istri Buat Oofa

Ini dia calon istri buat Oofa... Calon istri yang sudah saya minta sama Allah dari sejak masih dalam perut umminya. Ummi abbanya hanya selalu ketawa kalau saya bicarakan tentang hal itu. Mau terima gak sudi, mau nolak gak bisa. Mama bapakku yang malah selalu pasang muka bagaimana begitu... "Kamu ndak liat anakmu?" "Dih Mama...ndak liatki? Anakku itu shaleh, manis pula" Sambil lirik dia yang heboh main sendiri. (Saya pilih diksi manis biar seenggaknya mama ndak fokus sama gelap dan ompongnya dia) Dan kita bakal ketawa gila sama-sama. Crazy? Yyh...its me :p Bayi empat hari ini adalah ponakan saya. Anak ketiga dari kakak ketiga. Kk Nahar. Bayi yang sudah kudoa-doakan jadi calon istri buat Oofa dan penyelamatku di masa depan. Iyya, we never know about future kan? Even buat cuman nebak-nebak saja. Seperti saya yang gagal total main tebak-tebakan dengan Allah. Dulu, saat Oofa sembilan bulan datang, saya tidak berpikir untuk dia disusuin sama Kakakku y

Tidak Pernah Seperti Ini

Kalaulah aku begitu amat aneh di matamu, Cukup memusingkan meski hanya untuk kau ajak bicara baik-baik Percayalah, aku selalu mendukungmu dengan segala sel-sel di kepalaku yang kecil ini. Tidak pernah ada hari yang seperti ini. Yang begitu berat rasanya mengambil keputusan. Pergi atau bertahan dengan duri yang kuhambur di kakimu yang membuatmu muntab. menjadi dosaku lalu juga dosamu. Sungguh, tidak pernah ada hari yang seperti ini. Yang kebaikan menjadi alasan paling gasing, paling riuh, tak tahu  mana yang terbaik. Tidak ada. Tidak pernah ada hari yang seperti ini. Yang kudapati aku bergelut dengan keharusan memilih sebab keduanya adalah kebaikan. Yang satu pincang, yang lain tak utuh. Jikalau hari itu benar-benar tiba, dan pergi adalah yang terbaik. Percayalah, aku pergi tidak dengan suka cita Tapi air mata yang hujan hati yang luka. Dengan semua reka-reka : akankah kau, kalian, mengingat aku yang pernah ada di sini? Rabu, 01 Maret 2017 #onedayonepos