Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Demi Apapun

Sebut ini sangat kekanak-kanakan... Terserah kamu, kawan. Saya sungguh kelaparan dan juga sangat lelah. Maka, kuucapkan saja begini: "Selamat berlima tahun kita, sayangku" .....

Bersedih

Kapan  terakhir kali kau merasa bodoh karena kata-kata ketus orang lain? Kapan terakhir kali kau menangis dalam diammu? Pura-pura sibuk dengan hal-hal tak penting dan pelan-pelan menghapus air mata yang bertingkah terlalu manja... Kapan terakhir kali kau sadar bahwa sebenarnya memang tak semua orang menyukaimu? Kapan terakhir kali kau ingat bahwa kau memang tak sebaik sangkaan dirimu? Kapan terakhir kali hatimu merasa ngilu yang sangat dan ada sakit yang mencekat di lehermu? Sekarang aku merasakannya , tepat saat ini. Sakit yang bodoh hanya karena kata-kata jahat orang lain. Aku baru ingat, bahwa aku bukan dia. Duniaku berbeda dan dia tidak suka aku. Sesak. Ada yang mencekat di leherku dan aku lelah harus sibuk menghapus air mata yang berlaku keterlaluan sambil tetap sibuk melakukan hal-hal tak penting. Agar dia tak merasa menang, dan aku tetap utuh. Aku memang kecil, tapi aku tak ingin nampak sangat bodoh di matanya. Dia baik tapi dia juga jahat. Dia lupa kalau aku bukan di

Takkan Ada Puisi Perihal Aksi Itu

Di umurku yang masih dua satu ini, bagiku tak ada hal yang lebih menakjubkan di Indonesia kita ini selain fenomena perihal agama; 411 dan 212 Adakah puisi yang bisa bercerita seindah fenomena itu? Kala berjuta manusia hadir tanpa bayaran sedikitpun dari para elit parpol, bersatu demi Indonesia, bergerak karena liLlah, semua bersuara karena Al- Qur'an. Ada rasa yang manis dan menggetarkan hanya dengan melihat satu dua foto, menonton satu dua vidio peristiwa hebat itu. Dan hampir seluruh rakyat Indonesia bercerita tentang 411 dan 212. Maka meski tak mampu hadir menjadi bagian dari sejarah Indonesia paling memukau itu, hanya melihat dan menyeksamai puluhan foto-vidionya yang menjadi viral di media sosial dan berkali tayang di televisi, rasanya begitu haru, begitu bangga. Peristiwa itu memberikan banyak pelajaran tentang Indonesia. Indonesia, meski hancurnya pemerintahan karena beberapa elit politik yang harusnya jadi pejabat terhormat malah menjadi mafia hukum dan pencuri cerdik ja

Surat Pendek Untuk Perjuanganmu yang Panjang

Kepada kau, adek manis nun jauh disana. Di tanah yang hingga telah dua dasawarsa kehidupanku, membayangkan aromanya pun aku belum bisa... Kau jauh, bagiku dan bagi keluarga kita yang sederhana ini. Ah, pipimu mungkin masih lengket, Dek, oleh air mata yang kau tumpah di jam sebegini malam. Saat satu dua orang rumah telah lelap dan aku di lemahnya sadarku, isakmu memaksa mataku tetap terjaga, Dek. Perjuanganmu memindai ayat demi ayat alqur'an ke dalam kepala dan hatimu, sungguh kami tak tahu. Mungkin sekali kau lelah dan berkali kau berusaha melihat dirimu tetap bertahan meski dideru bosan dan rindu. Katamu kau khawatir, ragu dengan semua usaha yang pernah kau jadikan ruh. Kau takut jikalau kau akhirnya harus berhenti sebelum benar-benar memulai semuanya. Dan kau khawatir melukai kami dengan gagalmu. Dan mama bilang apa, Dek di tengah sesegukan kecilmu di ujung telepon sana? "Minta yang terbaik, nak. Selalu begitu doa kita harusnya. Tidak ada yang memaksamu harus sampai

Ucapan Pertama

22 Desember 2016 dan aku yang sedang 21 tahun... Sudah kuceritakan padamu tentang aku dan perempuan yang telah melahirkanku. Bahwa pernah ada masa hatiku beku tak memilihnya sebagai yang tersayang. Dulu, nun jauh di belakangku. Dari beberapa perjalanan yang telah kulewati sampai saat ini, yang kusesali adalah simpang itu. Sebab akhirnya tak cukup banyak kenangan yang bisa kuputar tentangnya. Tidak sebanyak waktu-waktu yang kupilih bersembunyi dari semua hal tentang dia. Dari semua tentang mama. Tapi syukurlah, Tuhan maha baik membuatku hidup hingga hari ini. Hingga aku punya cukup banyak cerita tentang mama. Tentang waktu-waktu yang kuhabiskan dengan cara bermanja tak ingin makan sebelum diteriaki, tentang marahnya yang tak pernah alpa kudapat setiap hari, tentang hal-hal yang disukai dan tidak disukainya, tentang doa-doa yang sekali disebutnya dengan langsung di hadapanku. Tentang cerita di masa lalu dan apa yang mama mau di hari esok. Tentang empat adik yang dititipkannya

Cerita

Hari ini, Ahad 18 Desember 2016 Pagi : "Abba, abba dengarka...nanti kalau besarmka mauka jadi ustad-ustad. Terus kalau tua-tuamka maumka jadi Spiderman" Cerita Oofa sambil pasang senyum paling bangga dan lompat riang sana sini karena sudah tahu cita-citanya nanti. "Abba, abba dengarkan aku...nanti kalau aku sudah besar, aku mau jadi seorang ustad. Dan kalau sudah tua, aku akan memilih menjadi Spiderman." Sore : "Ummi, ummi...kenapa hp bisa menelfon na itu hp tidak ada kabel-kabelnya??" Tanya Oofa dengan dahi berkerut merut dan binar sungguh penasaran sambil narik-narik ujung baju. "Ummi, ummii... kenapa ponsel bisa dipakai untuk menelefon sementara ponsel itu tidak punya kabel-kabel??" Dan umminya yang berotak polos mengarang jawaban selogis mungkin dengan bahasa yang sederhana. Besok yah nak insya Allah kita cari jawabannya, ummi sungguh lelah, sayang... #onedayonepost

Aku Ingin Pulang

Halo rumahku yang mulai sepi... Maafkan aku yang hanya bolak balik mendatangimu, menelusuri apa-apa yang sudah kutinggalkan dan memandang sudut-sudut kosongmu, lalu pergi. Kau sendu, maafkan  pemilikmu ini yang pernah  berjanji meramaikanmu selalu. Yang kemudian  lebih sering bertamu di rumah yang megah, yang merekam ragam cerita, kian hari kian marak, makin cantik. Kau akan takjub jika tahu ada rumah-rumah yang penghuninya begitu pandai merawat tempat pulangnya. Sedang aku sibuk menikmati setiap partisi rumah mereka, tertakjub lalu memandangmu yang di mataku begitu mengenaskan. Miskin. Aku cemburu tapi tak mengerti bagaimana caranya menjadi seperti mereka. Tapi selalu ada suara entah darimana 'K au bisa , Dee. Kau hanya terlalu sok sibuk mengurusi hal-hal tak penting. Pura-pura lupa setiap kali  dirimu mengingatkan, sedang sebenarnya kau tahu, kau juga rindu. Bukankah telah kau pilih duniamu, Dee? Kenapa  memilih menjadi begitu?' Ah, kata-kata menjadi begitu sedikit bagi

Hanya Harus Percaya

Demi hamparan tanah kering yang tetiba dipeluk berpuluh tetes air, entah darimana saja. Bukan hanya kiriman dari langit, tapi Kau juga boleh... Sungguh, aku akan bahagia. Bebas, serasa Tuhan hanya menyediakan segala yang termanis dalam hidup. Dan aku ingin percaya. Selalu. Setiap kali penuh dadaku dengan aroma harum tanah basah. Tak banyak yang kumau. Percaya seperti ini selalu menyenangkan. Tak perlu repot berkoar sana sini bahwa diriku tak seburuk pikir mereka. Melakukan itu, aku tahu melelahkan. Dan satu lagi percayaku kutitip. Padamu. Pada setiap kali melewati tapak becek yang licin, mataku akan kututup rapat. Bukan karena aku tak percaya. Hanya karena aku ingin memercayaimu nyata sepenuhnya. Dalam gelap sama nyatanya dalam terang. Percaya seperti ini, Selalu kutahu akan mengembalikanku pada Tuhan yang maha segala. Bahwa hidup hanya perlu kujalani sesederhana ini. Kau dan aroma tanah basah. Maka luruh semua marah. Tak ada jejak-jejak buruk yang perlu kurawat di

Kenangan Sambil Lalu

Harusnya ada yang lebih indah dan bermakna daripada postingan ini, di tanggal yang begitu manis : 12-12-2016 Tapi biarkan aku menulisnya dulu seperti ini, di waktu yang kurang tepat. Mungkin kala waktu yang lebih lowong, aku akan pulang dan rebah disini, lalu mengingat dan mengembalikan semuanya pada diriku... Tentang aku di matamu. Dek, kau tidak realistis dan tidak pernah romantis melihatku. Kau tahu dek? kau bahkan lebih jahat dariku. Kau terlalu kejam, dek. Tiga kalimat aku di matamu, yang keluar berjarak beberapa menit saja. Syukurnya kau sampaikan itu di sela tawa obrolan kita, saat hal-hal tidak penting kulakukan,  tapi aku suka. Menghujanimu dengan cubitan dan hal- hal seperti itu . Kau balas mencubitku, bilang bahwa seharusnya aku merasakan rasa sakit  yang sama seperti yang kau rasa. Lalu sambil tetap menganggui dan tertawa bersamamu, ada suara dalam kepalaku 'iyya, mungkin memang begitu, pada setiap luka yang kita toreh di hati orang lain, kita juga akan menua

Dua Yang Manis dan Cerita Ikhtiyar

Kukabarkan padamu tentang dua yang manis itu, Dua yang kupunya. Bukan tentang pundi receh yang bertambah. Aku bukan pemuja rincing-rincing seperti itu, Semoga. Semoga. Semoga. Tapi lekukan senyum malu-malu riang dua tiga empat bocah itu, lirih terimakasih bapak mamak; Untuk hadiah kepada para bocah, untuk benang utang semrawut yang lepas pelan-pelan, untuk satu dua perut yang terisi gratis dibayar si receh... Semua adalah surga di mataku. Keriangan dari Tuhan. Ada bahagia yang meletup kala receh itu kutahu hendak kepada siapa. Hendak habis dimana. Kepada dua yang manis itu, semoga waktu yang habis Adalah surga yang hakiki. Kelak. Semoga. Maka, ni'mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? ______ Ada usaha yang kala kau tahu hasilnya harus kemana, maka kau akan perjuangkan semampu dirimu, tentu harus selalu ada Allah didalamnya. Dua yang manis itu adalah dua ikhtiyar yang kupunya. Olshop untuk outfit, sepatu, jam, dan dompet. Barokah OS ( PIN 5D155920 ) Dan sat

Kusimpan Dia di Sini

Dear my sweet home, Saya baru saja selesai ngobrol dengan laki-lakiku tentang hal baru yang ingin saya mulai. Mimpi baru. Cita-cita baru, ikhtiyar baru. : Jualan parfum original yang sehat, harga bersahabat dan yang paling penting adalah halal. Kenapa saya mau mulai mengikhtiyarkan usaha ini? adalah karena  sejak dulu, saya memang mencari produk parfum yang seperti itu. Yang sehat, halal dengan kualitas parfum original. Karena wangi saja tidak cukup, harus ada nilai yang tercium dari aroma parfum yang kita pakai. Tentang kualitas diri dan juga karakter. Dan saya berharap orang-orang juga berpikir demikian. Setelah mencari banyak informasi, searching, membaca testimoni, membaca artikel-artikel kesehatan tentang bahayanya ngasal pakai parfum, saya akhirnya memilih  brand parfum yang tepat dan sudah terkenal di enam benua, Parfum original dari Eropa, parfum dengan brand Federico Mahora , yang diproduksi bersama Perfand dan Drom  Fragrances, German. Saya join dengan bisnis ini kalau

Sebab Wajahmu Bukan Matahari Yang Purba

Jangan kau puja wajahmu dengan terlalu sebab ia tak sama dengan matahari, Yang kian purba kian memesona Sempurna memikat, meski tak lagi penuh bercahaya. Pun, jangan kau puja wajahmu dengan terlalu Karena bukan cantikmu yang akan membuatnya tetap setia, Tapi namaNya, yang setiap kali ia melihatmu, namaNya ada di dahimu. Ada dalam lirih suaramu, dalam hari-harimu yang penuh namaNya. Percayalah. Selasa, 29 November 2016 Remind ma self... #onedayonepost

Mama = Nenek Berkualitas

Ada suara lirih yang syahdu dari arah kebun samping rumah. "Mama... dimanaki?"  "..." "Ma... di kebunki?" "Kenapa? iyya, disinika. Kenapa?" "dzikirki? atau mengajiki?" "berzikir-zikirka. Dimana sajaki, dalam keadaan apapun, biar orang dalam keadaan lapang dan sempit tetap harus zikir." "didih...masya Allah. Begitu memang kalau nenek berkualitaski" "Apa?" "Ndaji Ma. Dzikirmki lagi" ***** Itu percakapan singkat  (dengan tambahan not2 bahasa daerah kami) saya dengan mama sebelum shalat ashar tadi. Saat dari arah kebun samping rumah ada suara lirih yang syahdu terdengar sampai ke dalam kamarku. Dan selepas shalat ashar, suara  mama yang sambil berkebun itu masih terdengar. Tapi bukan lagi suara dzikir yang lirih, tapi suara murajaah hafalannya yang cukup jelas, surah al-mulk. Iyya, mama adalah apa yang sering beliau katakan. Bahwa dalam keadaan apapun, mama tidak pernah lupa kebia

Sakit Mawar di Dua puluh Satu

"Ummi sakit? sabar ummi... Nabi Ayyub juga sakit, luka-luka badannya lama tapi tetap sabar. Sabar ummi, okeh ummi? hheheh" Iyya, itu kalimat pertama  Oofa  (baca:Ufa) kepada saya sambil mendongak dan memegang ujung bajuku, saat saya meringis_sedikit berteriak_ bilang kepada suami dan mama bahwa saya tertular sakitnya Oofa yang dia bawa ke rumah beberapa hari lalu karena tertular juga oleh teman sekolahnya. Kalimat yang sama yang selalu saya dan suamiku ulang-ulang di telinganya saat dia terkena penyakit ini beberapa hari yang lalu. Penyakit yang saya heran kenapa masih ada di zaman modern ini. Sebut saja nama penyakitnya mawar. Akhiran hurufnya sama. Penyakit yang tidak keren. Emang ada gituh penyakit yang keren, Hikmah? -___- Iyya, saya akhirnya tertular penyakit ini, penyakit yang sejak nyantri kutakuti. Dan sekarang, di usiaku yang sudah dua puluh satu ini, punya suami, punya anak, kerja dan kuliah, Allah akhirnya membuatku merasakan penyakit mawar ini. Dema

Kepada Dirimu, Hafsah.

Kepada dirimu, Ada waktu-waktu saat kita saling berbicara tentang kelu yang kita rasa bersama. Ada mata yang basah saat mengenang sedihnya menjadi perempuan seperti kita. Tapi itu dulu,  dua tiga tahun yang lalu. Kita sudah memilih berbahagia dengan banyak sekali cara, turut bergembira dan memeluk hangat, ketika kawan kita yang lebih dulu_ dan lagi-lagi_ diizinkan  Tuhan. Bukan kau atau aku. Kita sudah menyabarkan diri, memilih lebih percaya Tuhan Daripada sesak yang terus berlarut. Sesekali kembali basah, tapi tak mengapa membiarkannya  tumpah mungkin lebih baik Daripada berkarat hati dan runtuh kepercayaan padaNya, pada Tuhan yang lebih dekat daripada urat leher kita sendiri. Kau tahu?  Setiap kali aku ingin merutuki takdir, menangis sesegukan di ujung kasurku,  Saat setanku berbisik untuk mengutuk Tuhan, aku melihatmu. Duduk disampingku dengan mata sembab dan  luka yang lebih dibanding aku. Atau sekali waktu, kau datang dengan

Aku Sakit

Kau bertanya kenapa diriku, yang kemarin riuh berceloteh padamu, tetiba sunyi duniaku kukunci. Hanya dalam sehari. Dengarlah, aku sakit. Suhu tubuhku tak normal, tulangku ngilu Setelah memelukmu berkali. Dan kau tahu apa obatku selalu? Berikan saja aku puisi, satu dua tak mengapa. Atau secangkir cokelat dengan kepulan asap yang magis. Yang sudah kau titipi doa-doa manis. Tapi, jika kau sudah lupa cara mendoakan kekasih, berikan saja aku waktu untuk tidur yang panjang. Hingga ngilu lagi tulangku, hingga mataku lelah lalu bangun sendiri. Dan lupa tentang semua lakumu. Atau... Jika kau juga tak bisa, berikan saja aku buku. Aku akan tetap hidup, mataku akan mengekorimu, diriku masih di dekatmu. Tapi kau takkan menemukan jiwaku, Ia ada di dunia baru : dunia yang tak ada kau.

P e r e m p u a n

P e r e m p u a n Meski kau tanyakan pada pakarnya menjinakkan Hawa, dia pasti tetap akan menjawab : Perempuan itu makhluk aneh, tak tertebak. Kala waktu mengaku begitu, kali lain berlaku begini. Kala waktu mengaku kuat, kali lain tersedu serupa bayi. P e r e m p u a n Tampil sekuat karang, halus sehalus sutra. Kepadanya Tuhan muarakan sayang dan kasih. Meski terluka berkali, ia akan tetap mencintai.

Lelaki Gondrong dan Hidupnya

Ada lelaki gondrong di ujung jalan sana; Di pos ronda tempat kongkow lelaki pengangguran. Jangan takut, dia baik. Matanya memang tajam, kadung sering melotot pada gambar politisi siluman di televisi. Hidungnya besar. kau tak lihat? Cocok dengan kepalanya yang semakin nampak besar dengan rambut bak sarang lebah. Dia selalu nampak bahagia. Katanya pada kawanku : Hidup seperti asap rokok saja. Dia benci rokok, tapi dadanya genap dengan asap rokok. Penuh menghitamkan paru-parunya. Tak ada ruang untuk merutuk, hirup saja. Cepat atau lambat Isroil akan datang. Hidup sesederhana itu, untuk kemudian mati saja. Begitu katanya. Lelaki gondrong yang kadung nestapa, : Menolak untuk merana.

Hidup Bukan Untuk Desah Satu-Satu

Kita tak hidup hanya untuk desah satu-satu, bukan? Ayolah!  Kau tak harus bolak-balik meringkuk di pojokan, memeluk lutut dan merutuki yang lalu.   Angkat kepalamu. Berjalanlah...   Kau boleh saja membiarkan langkahmu sepelan itu, tapi  Jangan tutup matamu. Hidup terlalu luas dan menakjubkan untuk kau lihat dalam gelap. Biarkan dadamu menampung udara yang genap lalu sempurna napasmu, sebab  Tuhan tak menciptakanmu menjadi pecundang seperti itu.  

Manusia dan Rasa

  Rasa.   Entahlah bagaimana Tuhan menciptakan makhluk   itu. Ia Hidup, memiliki banyak saudara dan riuh bermain dalam diri manusia. Bahkan ajaibnya, satu makhluk rasa bisa menggandakan dirinya dengan banyak corak. Sesekali bisa tertebak mana rasa yang asli dan dominan tapi lebih sering lagi membingungkan. Entah rasa mana yang akan kita pilih dan lebih dinikmati, lalu rasa yang lain bisa kita abaikan.. Tuhan, KuasaNya tak tertebak, tak terjangkau. Lihatlah bagaimana Dia menciptakan manusia lengkap dengan akal dan hati. Ada yang hidup dengan menggunakan kedua elemen hebat itu; Hidup baik-baik saja dan bahagia dengan menjunjung   prinsip kebermanfaatan terhadap sesama. Seolah bahagia hanyalah ketika orang lain juga bahagia. Tapi ada juga manusia yang seolah hidup dengan kehebatannya sendiri, hatinya mati karena serakah. Moralitas terakhir yang ia punya ikut ia gadaikan karena sesuatu yang fana.  Lihatlah, berapa banyak manusia kaya raya, cerdas dan terhormat tap

Yang Sebenarnya Aku..

Yaks, tiba juga akhirnya aku mulai menulis tantangan pekan ke enam ini, menulis autobiografi berbentuk narasi. Tantangan yang bakal membuka tabir siapa sebenarnya pemilik rumah manis nan sederhana ini *plak! Fiuh…okay, mari kita mulai membicarakan keakuanku. Semoga setelah membaca ini, siapapun kalian tidak akan mulai membenciku, apalagi berhenti berkunjung di rumahku ini. Semoga tidak. Sebab kalianlah aku tetap disini; menebalkan muka, siap ditampar dan dicaci maki karena tulisan-tulisan yang mungkin saja kalian anggap buruk. Tak apa, itu tetap saja bisa membuatku tetap bertahan disini *yuhuu Aku…                                                                 Nama lengkapku Nur Hikmah Ali. Dalam lingkup keluarga, aku dipanggil Ima dan di luar itu, semua orang memanggilku Hikmah. Aku lahir dua puluh satu tahun yang lalu, tepatnya di sebuah pesantren yang kepada pendirinya aku sangat berterimakasih, pesantren Darul Istiqamah namanya. pada hari ahad, 28-08-1995