Kepada dirimu,
Ada waktu-waktu saat kita saling berbicara tentang kelu
yang kita rasa bersama.
Ada mata yang basah saat mengenang sedihnya
menjadi perempuan seperti kita.
Tapi itu dulu,
dua tiga tahun yang lalu.
Kita sudah memilih berbahagia dengan banyak sekali cara,
turut bergembira dan memeluk hangat, ketika
kawan kita yang lebih dulu_ dan lagi-lagi_ diizinkan Tuhan.
Bukan kau atau aku.
Kita sudah menyabarkan diri, memilih lebih percaya Tuhan
Daripada sesak yang terus berlarut.
Sesekali kembali basah, tapi tak mengapa
membiarkannya tumpah mungkin lebih baik
Daripada berkarat hati dan runtuh kepercayaan
padaNya, pada Tuhan yang lebih dekat daripada urat leher kita sendiri.
Kau tahu?
Setiap kali aku ingin merutuki takdir, menangis sesegukan
di ujung kasurku,
Saat setanku berbisik untuk mengutuk Tuhan, aku melihatmu.
Duduk disampingku dengan mata sembab dan
luka yang lebih dibanding aku.
Atau sekali waktu, kau datang dengan senyum paling ceria,
tawa paling renyah dan kelegaan yang paling menentramkan .
Lukaku sungguh tidak ada apa-apanya dengan milikmu.
Kau lebih dulu berlayar dengan kekasihmu, merasai
kesendirian yang lebih lama dan
sepi yang lebih mencekik.
di banding aku.
Maka ketika kabar itu datang, kepadaku yang kau sebut pertama.
Kabar yang kau sampaikan sendiri dengan doamu yang manis,
"Doakan aku, kita saling mendoakan. Semoga kau juga segera"
Aku sedikit mengabaikan doamu, bahagiaku buncah.
Aku ingin memelukmu erat, hingga kau sesak dan kau tahu
ada kebahagiaan yang akan meledakkan hatiku.
Ada haru yang begitu besar, aku begitu bersyukur,
sungguh.
Kepadamu, kepada mimpi bertahunmu yang akhirnya mewujud,
aku berterimakasih.
Bahwa meski biru sudah lukamu, kau tak pernah menyerah.
_______
Sehat selalu, Sah. Kabari aku jika bayi dalam perutmu merasa ingin bertemu dengan kawan manismu ini. Bertambah shalehah, Sah. Semoga kelak anakmu jauh lebih baik dari onty kerennya ini^^
Sabtu, 26 Nopember 2016
Love you as always,
Kawan gilamu
Comments
Post a Comment