Rasa.
Entahlah bagaimana Tuhan
menciptakan makhluk itu. Ia
Hidup, memiliki banyak saudara dan riuh bermain dalam diri manusia. Bahkan
ajaibnya, satu makhluk rasa bisa menggandakan dirinya dengan banyak corak.
Sesekali bisa tertebak mana rasa yang asli dan dominan tapi lebih sering lagi
membingungkan. Entah rasa mana yang akan kita pilih dan lebih dinikmati, lalu
rasa yang lain bisa kita abaikan..
Tuhan, KuasaNya tak
tertebak, tak terjangkau. Lihatlah bagaimana Dia menciptakan manusia lengkap
dengan akal dan hati. Ada yang hidup dengan menggunakan kedua elemen hebat itu;
Hidup baik-baik saja dan bahagia dengan menjunjung prinsip kebermanfaatan terhadap sesama.
Seolah bahagia hanyalah ketika orang lain juga bahagia.
Tapi ada juga manusia yang
seolah hidup dengan kehebatannya sendiri, hatinya mati karena serakah.
Moralitas terakhir yang ia punya ikut ia gadaikan karena sesuatu yang fana.
Lihatlah, berapa banyak
manusia kaya raya, cerdas dan terhormat tapi hidup menjijikan. Merampas
sisa-sisa yang orang kecil punya dengan banyak sekali cara. Seolah bahagia
hanya kebutuhan mereka, seolah dunia harusnya hanya diisi oleh manusia sejenis
mereka.
Lihatlah, berapa banyak
manusia yang hidup dengan mengandalkan kepiawaian mulut dan jari mereka,
berkoar-koar tentang aib saudara mereka sendiri, aib tetangga, bahkan aib
orang-orang yang hanya mereka kenal dari media social saja. Lalu membiarkan manusia lain hidup seolah penuh dosa dan menjijikkan.
Iyya, hanya ada dua jenis
manusia di dunia ini, menurutku.
Pertama, manusia yang
hidup dengan tuntunan suara Tuhan dalam dirinya, yang terus berperang melawan
sisi iblis yang sebenarnya juga mengalir dalam darahnya. Sekali khilaf, lalu
diganti dengan banyak kebaikan. Tak ingin rasa suci yang dimiliki habis
terhapus. Titik hitam tak boleh merusak akal dan hati. Manusia seperti ini
sadar bahwa Tuhan tak pernah tidur. Tak ada hal yang sia-sia dan luput. Tak
pernah ada batasan waktu untuk kebaikan selama malaikat Israil belum memberi
kode panggilan untuk pulang.
Kedua, manusia serupa
iblis. Aku takut membicarakan manusia sejenis ini, sebab aku tahu, aku kadang
menjelma seperti mereka.
Lalu kau, manusia sejenis
apakah dirimu?
Malam dengan hujan yang satu-satu,
22 Nopember 2016
#OneDayOnePost
Comments
Post a Comment