Halo rumahku yang mulai sepi...
Maafkan aku yang hanya bolak balik mendatangimu, menelusuri apa-apa yang sudah kutinggalkan dan memandang sudut-sudut kosongmu, lalu pergi.
Kau sendu, maafkan pemilikmu ini yang pernah berjanji meramaikanmu selalu. Yang kemudian lebih sering bertamu di rumah yang megah, yang merekam ragam cerita, kian hari kian marak, makin cantik.
Kau akan takjub jika tahu ada rumah-rumah yang penghuninya begitu pandai merawat tempat pulangnya. Sedang aku sibuk menikmati setiap partisi rumah mereka, tertakjub lalu memandangmu yang di mataku begitu mengenaskan. Miskin.
Aku cemburu tapi tak mengerti bagaimana caranya menjadi seperti mereka. Tapi selalu ada suara entah darimana 'Kau bisa , Dee. Kau hanya terlalu sok sibuk mengurusi hal-hal tak penting. Pura-pura lupa setiap kali dirimu mengingatkan, sedang sebenarnya kau tahu, kau juga rindu. Bukankah telah kau pilih duniamu, Dee? Kenapa memilih menjadi begitu?'
Ah, kata-kata menjadi begitu sedikit bagiku. Seolah semuanya telah dipakai oleh mereka.
Tapi aku ingin pulang, padamu.
Pada rumah sederhana tempatku dulu selalu kembali.
Tempat kutumpah kekata yang biasa, tak rapi, bertumpuk. Tapi aku suka. Setidaknya aku punya rumah...
Semoga aku selalu setia padamu, rumah yang sudah kucat abu-abu serupa diriku.
Hingga setiap kali aku kembali dan tamu-tamu mulai berkunjung, mereka akan menemukan partisi dari aku. Dan aku akan melihat diriku mampu tumbuh baik di rumah sesederhana dirimu.
Izinkan aku, aku ingin pulang...
Jumat, 16 Desember 2016
#onedayonepost
Comments
Post a Comment