Skip to main content

Hafidzah Twins

When you gaze upon the lovely sight of twins, arm in arm, asleep at night. Think not that the house has been doubly messed. But that you as parents have been doubly blessed.     
Jon Bratton_
_________
                  
Iyya, mungkin demikianlah sepasang ayah bunda itu memaknainya;  putri kembar yang pernah menjadikan rumah lebih kacau dan lebih gaduh dari sebelum kelahiran mereka,  kini tumbuh menjadi sepasang putri shalihah yang sedang berjuang menjadi Hafidzah alqur’an, menjadi sumber berkah yang berganda bagi kehidupan mereka sebagai orangtua.

Namanya Fira dan Dilla, si kembar aktif yang tumbuh sehat dan ceria. Ananda keempat dan kelima dari pasangan Bapak Syamsul Iskandar dan Ibunda Siti Mardiyati Amrullah. Lahir nun enam belas tahun silam. Dua puluh Sembilan Maret tahun dua ribu.

Fira dan Dilla, sepasang saudari yang menghabiskan hari-hari remaja  di Sekolah Putri Darul Istiqamah (SPIDI) dari sejak usia tiga belas tahun hingga sekarang, enam belas tahun. Lahir  hanya selisih beberapa menit, memiliki rupa yang nyaris tak ada beda, tapi tentu tak semua hal yang mereka sukai juga sama. Fira suka makan ini, Dila suka makan itu. Yang keduanya punya bersama tanpa perbedaan sedikit pun adalah cita-cita yang manis dan istimewa; Menjadi hafidzah, menghadiahkan sepasang baju kemuliaan dari kilau cahaya surgaNya bagi ayah dan ibu mereka.

“Ayah akan pensiun sementara cost sekolah bakal berat terpenuhi kalau kalian tetap berdua disini. Jadi yang boleh lanjut cuma satu.” Bijak ayah menyampaikan demikian.
Dan Fira si kakak, yang memiliki azzam lebih kuat untuk menjadi hafidzah memenangkan keputusan itu. Dilla harus lanjut sekolah, berpisah untuk pertama kali dengan sahabat sedarahnya. Fira tetap di pesantren dan dia lanjut sekolah di sebuah SMK Makassar jurusan Perhotelan.

Bersekolah di luar, mengikuti empat organisasi intern sekolah dan lingkungan yang bebas menjadikan Dilla memiliki hari-hari yang jauh berbeda ketika bersekolah di pesantren. Sibuk sekali dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain dengan berkendara motor sendiri. Bahkan pernah sekali waktu harus pulang malam dari Gowa ke Sungguminasa karena mengikuti lomba PASKIBRA. Hari-hari yang memancing banyak khawatir dan doa yang lebih dari orangtuanya.

“ Ibu, sekolah di luar beda sekali dengan waktu sekolah di pesantren. Sering sekali kudengar orang bicara kasar, tidak sopan. Pergaulannya juga terlalu bebas. Tidak ada batasan berteman laki-perempuan. Saya mau pindah sekolah, Ibu…”
Seperti itulah cerita Dilla yang selalu terulang di telinga ibunya saat bulan-bulan awal masa sekolah di SMK. Sesering Dilla bercerita, nyaris sesering itu pula sang ibu mengabaikan permintaannya karena banyak pertimbangan.

Karena belum disetujui, Dilla tetap fokus mengikuti semua kegiatan sekolah dan organisasinya. Di lain tempat, Fira si kakak juga focus berjuang menuntaskan cita-citanya; memasukkan ayat demi ayat Alqur’an ke dalam kepala dan hatinya. Hingga benar-benar khatam tiga puluh juz dalam waktu hanya tujuh bulan saja. Masya Allah!

Dan menuju klimaks pencapaian hebat Fira itu, ibu mereka mulai berpikir untuk menyetujui permintaan Dilla. Diajaknya si adik mengikuti penyetoran lima juz terakhir hafalan sang kakak dengan sekali duduk saja, kemudian mengurus berkas-berkas kembalinya  ke sekolah itu dengan syarat juga harus menghafal. Kalaulah satu anak saja bisa menyelamatkan orangtua di akhirat, maka dua anak tentu jauh lebih membahagiakan dan menjamin keselamatan insya Allah. Demikianlah keyakinan orangtua si kembar shalihah itu.
Deal. Sebab Dilla memang memiliki cita-cita menjadi hafidzah juga sejak dulu.

Hari berganti bulan, mereka tumbuh menjadi semakin dewasa dan bertanggung jawab dengan mimpi mereka sendiri. Fira dalam waktu hanya tujuh bulan mampu mengkhatamkan 30 juz alqur’an dan sekarang sedang mengikuti program Penghafalan Enam Bulan STIFINuntuk murajaah. Dan sekarang Dilla sudah mencapai hafalan 22 juz alqur’annya sedang berjalan menuju 23 juz dalam waktu beberapa bulan saja.

Berbahagia lagi berbanggalah pasangan keluarga besar Bapak Syamsul Iskandar dan ibunda Siti Mardiyati Amrullah memiliki dua putri hafidzah shalihah seperti mereka; Nur Fakhirah Iskandar dan Nur Fadhilah Iskandar.

Barakallahu lahum....

Comments

Popular posts from this blog

Kusimpan Dia di Sini

Dear my sweet home, Saya baru saja selesai ngobrol dengan laki-lakiku tentang hal baru yang ingin saya mulai. Mimpi baru. Cita-cita baru, ikhtiyar baru. : Jualan parfum original yang sehat, harga bersahabat dan yang paling penting adalah halal. Kenapa saya mau mulai mengikhtiyarkan usaha ini? adalah karena  sejak dulu, saya memang mencari produk parfum yang seperti itu. Yang sehat, halal dengan kualitas parfum original. Karena wangi saja tidak cukup, harus ada nilai yang tercium dari aroma parfum yang kita pakai. Tentang kualitas diri dan juga karakter. Dan saya berharap orang-orang juga berpikir demikian. Setelah mencari banyak informasi, searching, membaca testimoni, membaca artikel-artikel kesehatan tentang bahayanya ngasal pakai parfum, saya akhirnya memilih  brand parfum yang tepat dan sudah terkenal di enam benua, Parfum original dari Eropa, parfum dengan brand Federico Mahora , yang diproduksi bersama Perfand dan Drom  Fragrances, German. Saya join dengan bisnis ini kalau

DARI AKU; LELAKI YANG MENCINTAIMU UTUH

Dear kamu, Perempuan bumi dan surgaku. Apa kabarmu hari ini, bidadariku? apa kabar anak-anak kita? sehatkah kalian? bermain apakah kalian sekarang? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak seharusnya kutanyakan begini. Aku tahu. Entahlah, aku hanya sungguh ingin melakukannya, memenuhi kepalaku hanya tentang kamu dan bocah-bocah lucu kita. Aku ditikam rindu yang berkali, Sayang... Rindu dan rasa bersalah. Sebelas tahun bukan waktu yang singkat untuk kita menyemai cinta dan sayang. Membersamai empat krucils yang tumbuh sehat dan cerdas, shaleh dan shalehah. Kamu mengambil banyak sekali peran dan waktu buat mereka dan aku. Terima kasih sudah lapang menemani kami, Cinta. Sayangku, aku ingat saat kuboyong kamu untuk merantau bersamaku; memijak tanah Tuhan yang lebih jauh dari rumah kanak kita. Berdua saja, berat jika ingin dibayangkan. Berpisah dari orang tua saat kita masih butuh petuah ini dan itu, dalam hari-hari sebagai pengantin baru. Tapi kita akhirnya pergi. Dengan hati yang belum t

Takkan Ada Puisi Perihal Aksi Itu

Di umurku yang masih dua satu ini, bagiku tak ada hal yang lebih menakjubkan di Indonesia kita ini selain fenomena perihal agama; 411 dan 212 Adakah puisi yang bisa bercerita seindah fenomena itu? Kala berjuta manusia hadir tanpa bayaran sedikitpun dari para elit parpol, bersatu demi Indonesia, bergerak karena liLlah, semua bersuara karena Al- Qur'an. Ada rasa yang manis dan menggetarkan hanya dengan melihat satu dua foto, menonton satu dua vidio peristiwa hebat itu. Dan hampir seluruh rakyat Indonesia bercerita tentang 411 dan 212. Maka meski tak mampu hadir menjadi bagian dari sejarah Indonesia paling memukau itu, hanya melihat dan menyeksamai puluhan foto-vidionya yang menjadi viral di media sosial dan berkali tayang di televisi, rasanya begitu haru, begitu bangga. Peristiwa itu memberikan banyak pelajaran tentang Indonesia. Indonesia, meski hancurnya pemerintahan karena beberapa elit politik yang harusnya jadi pejabat terhormat malah menjadi mafia hukum dan pencuri cerdik ja