Pada langkahmu yang makin memelan,
telah tuntas semua angan yang hanya ingin kuselesaikan bersamamu saja.
Pada helai-helai putih rambutmu
aku sungguh berharap kau akan terus ada
Membersamaiku selamanya sebagai perempuan kecilmu
Yang bisa kuganggu, kucubit dan kupukul setiap kali melewatimu yang sedang membaca
Dengan kacamata melorot di hidung besarmu.
Pada waktumu yang akan Dia rampungkan,
Aku sungguh ingin kau tetap ada, selalu ada bahkan jika aku tak mengurusmu dengan baik.
Selalu hidup bahkan meski kuhidangkan kopi dengan wajah malas.
Hidupmu adalah doaku
Meski kutahu musim memang pasti silih berganti,
daun-daun menua, kering lalu lepas, luruh dan habis di tanah
Tapi kau bukan daun gugur yang punya pengganti.
Dadaku mungkin saja berdarah, tapi kekasihmu bernanah.
Mengais suara dimintaNya mengambilnya juga.
Hidup menjadi paling hujan
dan rinduku adalah badai yang menggulung
Sementara doa-doaku merapuh dan harus terganti
Kepada kau laki-laki pertamaku
Yang mengajari mimpi dan sayang
Telah kubuat rencana-rencana perjalananku denganmu
Di warung coto, ayam bakar, ikan bakar atau apapun.
Terserah padamu.
Tetaplah hidup sampai kuberikan cucu
Tetaplah hidup sampai kita berfoto dengan kepala bertogaku
Kala waktu itu tiba, aku sungguh takkan lagi lupa untuk mengundangmu.
Akan kuceritakan padamu apa saja, akan kugandeng kau dengan erat dan mesra
deengan mata yang berbinar dan akan kulihat hidung besarmu kembang kempis menahan senyum
dan kau takkan tahan tergelak bangga memujiku.
Tetaplah hidup sampai Tuhan mengizinkan citaku untukmu menjadi nyata.
Tetaplah hidup bahkan meski aku bukan perempuan kecilmu yang baik, Bapak.
Berjanjilah, Pak!
Jum'at, 24 Februari 2017
Istiqamahkan aku dengan azzamku, Allah.
#bapak
#onedayonepost
Comments
Post a Comment