Dear kamu,
Perempuan bumi dan surgaku.
Apa kabarmu hari ini, bidadariku? apa kabar anak-anak kita? sehatkah kalian? bermain apakah kalian sekarang?
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak seharusnya kutanyakan begini. Aku tahu. Entahlah, aku hanya sungguh ingin melakukannya, memenuhi kepalaku hanya tentang kamu dan bocah-bocah lucu kita. Aku ditikam rindu yang berkali, Sayang...
Rindu dan rasa bersalah.
Sebelas tahun bukan waktu yang singkat untuk kita menyemai cinta dan sayang. Membersamai empat krucils yang tumbuh sehat dan cerdas, shaleh dan shalehah. Kamu mengambil banyak sekali peran dan waktu buat mereka dan aku. Terima kasih sudah lapang menemani kami, Cinta.
Perempuan bumi dan surgaku.
Apa kabarmu hari ini, bidadariku? apa kabar anak-anak kita? sehatkah kalian? bermain apakah kalian sekarang?
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak seharusnya kutanyakan begini. Aku tahu. Entahlah, aku hanya sungguh ingin melakukannya, memenuhi kepalaku hanya tentang kamu dan bocah-bocah lucu kita. Aku ditikam rindu yang berkali, Sayang...
Rindu dan rasa bersalah.
Sebelas tahun bukan waktu yang singkat untuk kita menyemai cinta dan sayang. Membersamai empat krucils yang tumbuh sehat dan cerdas, shaleh dan shalehah. Kamu mengambil banyak sekali peran dan waktu buat mereka dan aku. Terima kasih sudah lapang menemani kami, Cinta.
Sayangku, aku ingat saat kuboyong kamu untuk merantau bersamaku; memijak tanah Tuhan yang lebih jauh dari rumah kanak kita. Berdua saja, berat jika ingin dibayangkan. Berpisah dari orang tua saat kita masih butuh petuah ini dan itu, dalam hari-hari sebagai pengantin baru. Tapi kita akhirnya pergi. Dengan hati yang belum tunai terbujuk, masih ingin merajuk, tapi kamu patuh. Pada aku yang kau sebut telah menjadi imammu.
Kamu masih begitu belia, belasan tahun saat kunikahi kamu, Dik. Senyummu yang manis, mata cerlang dan pribadi ceriamu. Kamu masih memilikinya hingga hari ini. Utuh di kepalaku tergambar sosokmu, Dik.
Dan aku, aku sungguh selalu merindumu.
Bahkan ketika aku telah memiliki saudari barumu. Saat aku bisa melakukan apapun kepadanya sama dengan kepadamu. Tapi kamu, Dik...kamu sungguh istimewa, Sayangku. Mungkin kamu seperti Khadijah bagi Rasul, ditanamkanNya cinta tak putus-putus kepadamu meski ada Aisyah yang kilau.
Kamu adalah kehangatan yang menenangkan, Dik. Menghadirkan rindu yang tak pernah patah.
Dear, Kamu kekasihku...
Aku sungguh berharap kamu baik-baik saja dengan empat srikandi dan jundi-jundi kita, di rumah cinta kita.
Doakan aku, Dik. Doakan aku agar selalu sehat. Perjalanan ibadah ini semoga diterimaNya.
Aku sungguh ingin pulang padamu. Pada jari-jari tanganmu yang selalu membelah rambutku dengan doa-doa sayangmu.
Meski masih terlalu pagi dan kau mungkin saja masih berjibaku dengan ini dan itu, aku sungguh ingin segera mengirimkan surat kecil ini padamu.
Uhibbuki FiLlah, Sayangku.
Dari lelaki yang sungguh selalu mencintaimu utuh.
Senin, 03 April 2017
#onedayonepost
Comments
Post a Comment