Kala detik merambat menjemput adzan dhuhur
Tetes tetes jatuh mencium bumi
Harum aroma tanah menyeruak, lembut
Menghantar pesan pula rindu
Ini hujan pertama September di kotaku
Apa kabar tapak-tapak kaki anak Rohingya?
Sejauh mana mereka pergi meninggalkan jejak kenangan, harapan dan borok di sepanjang jalan?
Seberapa biru luka yang mereka bawa dari tanah yang dirampas?
Bagaimanakah pilunya menyaksikan rumah yang dihancurkan, saudara yang dibakar hidup-hidup, anak istri yang disiksa tiada iba?
Ini hujan pertama September di kotaku
Cukupkah tetes-tetes bening membersihkan luka yang nganga di hati mereka?
Cukupkah tetes-tetes bening menjadi pengganti air mata yang mengering?
Cukupkah tetes-tetes bening menghilangkan dahaga dan lapar mereka?
Cukupkah tetes-tetes bening menjadi kabar gembira dari semrawutnya hari yang mereka punya?
Cukupkah aroma tanah basah menenangkan jiwa yang menangis?
Cukupkah tanah basah menjadi setapak perjalanan yang memudahkan mereka menjauh dari manusia-manusia biadab itu?
Ini hujan pertama September di Kotaku
Entahkah di linimasa mana badai akan berlalu dalam hari anak-anak Rohingya,
Sungguh aku berharap kalian akan baik-baik saja hingga masa itu tiba.
Tak ada yang lebih kumau selain kelak, entah kapan, kalian akan menghirup harum aroma tanah basah dengan damai, dengan kebebasan.
______
Kamis dhuhur- Jum'at dini hari || Dorm || 00.17
Comments
Post a Comment