Skip to main content

Mahkota Induk dan Duka Sepanjang Zaman


Dicipta banyak kunang oleh Tuhan
dari dua induk yang disayangNya
indah sekali.
lalu mengepak sayap kecil terang.
Hari berlalu, tahun berganti dan kunang-kunang kecil tumbuh menyilaukan.
Tapi dua induk yang disayangNya merapuh,
mungkin dekatlah sudah waktunya pulang.

Lalu terjadilah prahara besar antar kunang;
tentang mahkota induk jantan untuk siapa. Sebab terlalu kilau untuk direlakan kepada siapa.
Ada angin berhembus darimana, entah.
separuh dari surga, separuh dari hembusan setan yang menggalau.
lupa bahwa  induk belum mati,
tapi serapah busuk serupa comberan mulai tumpah,
saling memuntah.
Serupa kalajengking yang menusuk kejam,
membuang racun seenak saja pada wajah dua induk yang membantu mereka ada.
Lupalah sudah dimana dulu mereka mengepak, dibantu siapa.

Ah, begitulah memang dunia ini,hanya melulu tentang satu buah mahkota padahal ia duka sepanjang zaman.
Mungkin saja kutukan.
Setiap elemen hanya menunggu matahari terbit dari barat;
meluluhlantakkan semua, menyumpal mulut penuh bisa.
Hanya untuk kemudian bertemu Tuhan;
sambil mereka tempat pulang, 

: Surga atau neraka .



Setelah ceritamu yang miris, bukankah ini duka?
sebab tak berduka karena ini katamu adalah setan.


Kamar kita, Sabtu 22 Oktober 2016.

#OneDayOnePost
#tantangan3#4kata
 



Comments

Popular posts from this blog

Drama dalam Kepala Buibu

Assalamualaikum, rumahku... Apa kabar? masih dengan status "hidup ndak, mati ogah" yah, rumah? heheh iyya... i need you but always forget you yah. Sini peluk rumahku diriku bukuku! Eniwei, alhamdulillah, syukur yang dalam nan tulus karena Allah masih berikan kita kesempatan hidup sehat dalam keadaan masih muslim untuk ketemu Ramadhan ini; bulan penuh cinta paling hidup. Dear, rumahku. Temani saya ngobrol bout two choices yang lagi riuh pisah di kepalaku sendiri yah, here we go bismillah. Em, diskusi bout being a full mom at home atau being a working mom adalah topik yang menurutku ndak pernah etis  buat didebatkan mana yang paling mengambil peran termulia sebagai ibu dan mana yang 'ibu setengah mulia karena kerja di luar rumah' atau malah menjadi 'ibu kolot tidak terpelajar karena di rumah saja ngurus urusan dapur kasur', semua tergantung niat, kualitas diri dan keridhaan anak suami menurutku. Lets see the world, ada banyak ibu full time di...

Tahfidz Putra Darul Istiqamah Dan Surga Sebelum Surga

Air berkecipak Saling beradu pelan, syahdu dari gerakan-gerakan suara yang kutahu lebih baik dari kecipak air mandiku. Dalam gelap paling mustajab kakikaki itu pergi ke rumah tuhan. Masih dalam separuh buaian mimpi aku tahu, tuhanku juga memanggil lalu aku; dengan mata tertutup menakarnakar rindu padaNya, menghitunghitung kekuatan melawan syaithan. ______________ Sudah pukul empat pagi ketika saya mulai menulis ini, dan dari masjid masih terdengar suara imam memimpin shalat tahajjud. Tartil, merdu, indah. Percayalah, menuliskan ini butuh banyak kekuatan. Ini pertama kalinya mengenalkan kehidupan baruku kepada rumah abu-abu ini. Dan  sepotong cerita pagi tentang Tahfidz Putra Darul Istiqamah,  its more than wonderful masyaallah. Masih pukul tiga-an, ketika qadarullah saya terbangun karena sebuah mimpi. Dalam proses memperbaiki posisi tidur kembali, di waktu ketika bahkan kokok ayam belum satu pun terdengar, saya mengenal baik suarasuara air  dan lang...

DARI AKU; LELAKI YANG MENCINTAIMU UTUH

Dear kamu, Perempuan bumi dan surgaku. Apa kabarmu hari ini, bidadariku? apa kabar anak-anak kita? sehatkah kalian? bermain apakah kalian sekarang? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak seharusnya kutanyakan begini. Aku tahu. Entahlah, aku hanya sungguh ingin melakukannya, memenuhi kepalaku hanya tentang kamu dan bocah-bocah lucu kita. Aku ditikam rindu yang berkali, Sayang... Rindu dan rasa bersalah. Sebelas tahun bukan waktu yang singkat untuk kita menyemai cinta dan sayang. Membersamai empat krucils yang tumbuh sehat dan cerdas, shaleh dan shalehah. Kamu mengambil banyak sekali peran dan waktu buat mereka dan aku. Terima kasih sudah lapang menemani kami, Cinta. Sayangku, aku ingat saat kuboyong kamu untuk merantau bersamaku; memijak tanah Tuhan yang lebih jauh dari rumah kanak kita. Berdua saja, berat jika ingin dibayangkan. Berpisah dari orang tua saat kita masih butuh petuah ini dan itu, dalam hari-hari sebagai pengantin baru. Tapi kita akhirnya pergi. Dengan hati yang belum t...