Iyya, saya hanya harus bilang, saya marah kawan, padamu. Maafkan. Tapi saya sungguh tidak suka. Tidak suka dengan kebodohan yang terlalu sengaja kau buat. Tidak suka dengan dirimu yang terlalu...
Kebaikan-kebaikanmu kuingat bersama dengan semua hal yang tidak kusuka darimu. Bersama dengan teriakan-teriakan nurani bahwa " heiii! Bukankah setiap orang memang berbeda??heii! Bukankah kau memang tak bisa memaksa ukuran sepatumu sama dengan ukuran sepatunya??ingat, dia begitu karena memang begitulah dia, kenapa menghabiskan energi untuk memendam marah yang bodoh??"
Aish...saya mungkin akan hangus dengan perasaan ini jika tak kuselesaikan segera. Iyya, menyelesaikan segera adalah tugasku, bukan?
Semuanya akan selesai dengan kembali mengingat, bahwa begitulah kita; berkawan dengan diri yang berbeda, sekali kita saling memahami tanpa harus seucap kata dan mungkin lebih sering kita harus mengangguk memahami bahwa kita memang berbeda. Ukuran sepatu kita tidaklah sama. Yang ada hanyalah usaha agar menjadi kawan yang manis, agar nyamanlah setiap orang yang mendekat. Tak harus memaksa diri menjadi orang lain, hanya tak boleh ada kemunafikan.
Kita serupa sepasang mata, yang selalu berdampingan tapi takkan bisa saling melihat. Kita adalah sepasang mata yang meski satu diantara kita rusak, takkan ada yang saling menjauh.
Lihatlah, marahku mereda setelah menulis ini dan akan habis tepat setelah titik. Percayalah.
#tantangan3
#OneDayOnePost
Setelah aku sungguh marah padamu.
Jum'at 21 Oktober 2016
Comments
Post a Comment