Skip to main content

Selamat, Hafshah...

Selamat, Shah.

Selamat untuk kehidupan baik yang Allah beri.
Untuk dua puluh tiga tahun sehari, purna kau bernapas. Sehat, alhamdulillah.

Bukankah tak pernah ada doa yang terlambat? Kapan pun waktunya, doa akan bertemu jalan menuju Tuhan. Kepada yang Maha mengijabah.

Hafshah...
Semoga kau disayang Allah selalu; dipeluk dalam hidayah agar setia beristiqamah dalam keshalihan. Agar tak ada laku yang menjadi sia di dunia. Kau bahagia hingga surga.

Semoga kau menjadi momy yang bahagia penuh syukur; yang riang menemani tumbuh kembang dua jagoanmu, Daffaku sayang Rayyanku shalih. Agar mereka jua tumbuh dalam bahagia, hingga kelak menjadi pejuang agama. Agar di padang mahsyar kau tak nestapa sebab ada mereka yang setia mengalirkan doa.

Semoga Allah berkahi kehidupan rumah tanggamu selalu.

Semoga tak pernah ada lakuku yang menyakitimu, Shah. Yang membuatmu mengutuki aku sebagai kawan yang memalukan.

Hafshah, untuk dua puluh tiga tahun sehari usiamu, terima kasih untuk belasan tahun persaudaraan kita. Tak pernah ada yang lebih kumau darimu, selain bahwa kau bahagia dalam peluk sayang Allah.

Terima kasih untuk semuanya, Shah.

Selasa, 10.10.2017 || Dorm, 02.43






Comments

Popular posts from this blog

Drama dalam Kepala Buibu

Assalamualaikum, rumahku... Apa kabar? masih dengan status "hidup ndak, mati ogah" yah, rumah? heheh iyya... i need you but always forget you yah. Sini peluk rumahku diriku bukuku! Eniwei, alhamdulillah, syukur yang dalam nan tulus karena Allah masih berikan kita kesempatan hidup sehat dalam keadaan masih muslim untuk ketemu Ramadhan ini; bulan penuh cinta paling hidup. Dear, rumahku. Temani saya ngobrol bout two choices yang lagi riuh pisah di kepalaku sendiri yah, here we go bismillah. Em, diskusi bout being a full mom at home atau being a working mom adalah topik yang menurutku ndak pernah etis  buat didebatkan mana yang paling mengambil peran termulia sebagai ibu dan mana yang 'ibu setengah mulia karena kerja di luar rumah' atau malah menjadi 'ibu kolot tidak terpelajar karena di rumah saja ngurus urusan dapur kasur', semua tergantung niat, kualitas diri dan keridhaan anak suami menurutku. Lets see the world, ada banyak ibu full time di

Kepada Dirimu, Hafsah.

Kepada dirimu, Ada waktu-waktu saat kita saling berbicara tentang kelu yang kita rasa bersama. Ada mata yang basah saat mengenang sedihnya menjadi perempuan seperti kita. Tapi itu dulu,  dua tiga tahun yang lalu. Kita sudah memilih berbahagia dengan banyak sekali cara, turut bergembira dan memeluk hangat, ketika kawan kita yang lebih dulu_ dan lagi-lagi_ diizinkan  Tuhan. Bukan kau atau aku. Kita sudah menyabarkan diri, memilih lebih percaya Tuhan Daripada sesak yang terus berlarut. Sesekali kembali basah, tapi tak mengapa membiarkannya  tumpah mungkin lebih baik Daripada berkarat hati dan runtuh kepercayaan padaNya, pada Tuhan yang lebih dekat daripada urat leher kita sendiri. Kau tahu?  Setiap kali aku ingin merutuki takdir, menangis sesegukan di ujung kasurku,  Saat setanku berbisik untuk mengutuk Tuhan, aku melihatmu. Duduk disampingku dengan mata sembab dan  luka yang lebih dibanding aku. Atau sekali waktu, kau datang dengan

Bagaimanakah Besarnya Cinta Allah Padamu, Sayang?

Hokeh, ini rumah keduaku. Tempat tumpah macam cerita, juga sampah-sampah. Meski sebenarnya saya selalu berharap ada sampah yang bisa kalian daur ulang di sini, dengan bentuk yang jauh lebih baik. Pemahaman yang baru. Hari ini alhamdulillah saya berkesempatan juga jenguk Alif di RS Wahidin Makassar. Dia masih di ICU, pasca operasi Senin (091017) kemarin dia sempat sadar sehari kemudian muntah-muntah, demam tinggi dan sampai sekarang matanya belum terbuka-buka. Tapi dia merespon alhamdulillah kalau kakinya dielus, ada gerakan kecil dan lemah. Juga begitu kalau badannya dimandi, mamanya bilang dia bersuara kalau dimandi, meskipun dengan suara yang sangat lemah dan singkat. Tapi itu sudah syukur sekali kata mamanya. Badannya panas, dua kaki kecilnya  membengkak entah kenapa. Ada beberapa selang  di tubuh kecil nan ringkihnya Alif. Satu di antaranya selang yang dipasang di bawah  kulit perut; kalau tidak salah iyyah begitu kata dokternya tadi, waktu kukira selang itu dipasang di lambung.