Hokeh, ini rumah keduaku. Tempat tumpah macam cerita, juga sampah-sampah.
Meski sebenarnya saya selalu berharap ada sampah yang bisa kalian daur ulang di sini, dengan bentuk yang jauh lebih baik. Pemahaman yang baru.
Hari ini alhamdulillah saya berkesempatan juga jenguk Alif di RS Wahidin Makassar. Dia masih di ICU, pasca operasi Senin (091017) kemarin dia sempat sadar sehari kemudian muntah-muntah, demam tinggi dan sampai sekarang matanya belum terbuka-buka. Tapi dia merespon alhamdulillah kalau kakinya dielus, ada gerakan kecil dan lemah. Juga begitu kalau badannya dimandi, mamanya bilang dia bersuara kalau dimandi, meskipun dengan suara yang sangat lemah dan singkat. Tapi itu sudah syukur sekali kata mamanya.
Badannya panas, dua kaki kecilnya membengkak entah kenapa. Ada beberapa selang di tubuh kecil nan ringkihnya Alif. Satu di antaranya selang yang dipasang di bawah kulit perut; kalau tidak salah iyyah begitu kata dokternya tadi, waktu kukira selang itu dipasang di lambung. Selang khusus untuk mengeluarkan cairan hijau gelap dari kepalanya.
Waktu liat bocah bayi itu, dengan semua selang di tubuhnya, sesuatu yang menyala dan membebat jempol kaki kecilnya yang membengkak, kepala dengan tulang-tulang yang menonjol tidak rapi, mata yang tertutup, saya ingin sekali bertanya;
Its so hurt, Dearest? how can you survive, Dear? How can you be strong as long as you life, Dearest??
Yaks, sounds crazy maybe. Tapi itu yang ditanyakan kepalaku, kemudian bagian dari diriku tersadar. Mungkin bukan itu pertanyaan yang tepat, tapi
Bagaimanakah besarnya cinta Allah padamu, Sayang??
Lekas sembuh, Lif. Allah sayang kamu, Shalih...
Jum'at, 13 Oktober 2017. Dorm. 22.58
Comments
Post a Comment