14. 53.
Aku di sini, Kak.
Di samping jendela yang berembun. Dengan kata-kata yang sunyi, perut melilit.
Dengan aroma petrikor yang ingin kumabuki tapi tiada.
Dilarung air langit yang terlalu keras jatuh beramai-ramai.
Dengan kawan yang merayakan sepi sebab memilih dunia yang maya.
Aku di sini, Kak.
Di kursi tempatku menempatkan tubuh seutuhnya.
Dalam sepi, dengan perut melilit.
Aku di sini, Kak.
Mereka-reka kabarmu, juga kabar mereka
: gerangan apakah yang membuat rumah kita ini sunyi, dan tinggal kau sendiri di sini?
Aku di sini, Kak.
Sedari pagi dengan puisi-puisi yang nyaris mati.
______
Kau bertanya, aku menjawab, lalu bunda kita menimpali.
Izinkan aku menyimpannya di sini. Sebab cinta, aku ingin selalu mengingat bahwa dia memang nyata.
_____
14. 58
Sayang,,
Andai kau tau,
Kata tak mampu mengganti jasadmu,
Maaf cinta,
Ada masa dimana hadirmu,
Melebihi ribuan kata yg berbaris rapi di antara layar biru ini,
Aduh sayang,
Mereka ini sedang membahas,
Akan hadirmu yang dihargai berapa dan berapa
18102017
______
19.32
Ini tentang kita. Perihal waktu yang dihargai berapa, sedang kita tetap di sini; bertahan setia dalam banyak musim. Menjadikan tawa dan luka menjadi puisi.
Jumat, 20102017. Masjid Arafah
Comments
Post a Comment