Hei, Kamu
Yang wajahnya lekat di ingatanku.
Dan suaranya sudah seirama dengan detak jantungku, saking terlalu seringnya frekuensi suaramu menggangguku.
Aku ingin bilang.
: aku memaafkanmu. Aku ingin.
Aku sedang membujuk kepalaku untuk mengabaikan kalimat-kalimatmu.
Hidup di keluarga yang biasa-biasa saja membuatku tak biasa dengan kata-kata menyakitkanmu. Tapi tak mengapa, mungkin karena dari keluarga yang biasa-biasa saja, aku hanya terbiasa dengan kata maaf dan merelakan.
Perempuan tua di rumahku adalah perempuan yang paling sering marah, tidak makan saja aku akan dimarahi sedemikian rupa.
Tapi perempuan tua itu pula yang paling setia memberiku keteladanan, tentang ketulusan dan berkasih sayang kepada siapa saja. Tak peduli siapa, apa dan bagaimana-bagaimananya.
Jadi, hei, kamu...
Kata-katamu menyakitiku di sana-sini, tapi tak mengapa, mungkin kamu sedang bad mood, atau mungkin memang begitulah kamu; asal nyeblak bahasa inggrisnya.
Mungkin Tuhan mau ajar aku untuk lebih menjaga lidahku. Mungkin, aku juga banyak menyakiti orang dengan ngasal nyeblak.
Terima kasih yah sudah kasar, semoga aku ingat untuk tetap ingat ini. Agar tidak ada orang yang kusakiti juga hatinya, seperti hatiku. Kasihan kalau begitu. Tak bisa tenang seperti kepalaku ini.
Terakhir, Aku ingin tetap menjadi saudaramu sebab di rumahku, ada perempuan tua yang selalu bilang; jangan terlalu banyak drama, hidup ini sebentar saja, berkawanlah dengan setia.
Selamat malam, Kamu :)
*
Selasa, 28 November 2017. 23.39. Dorm.
Comments
Post a Comment