I Jam makan siang, selepas shalat dhuhur. Dari teras rumah kakak kedua, Gowa. Saat kelas empat SD. Dia berjalan di jalanan setapak dari asrama menuju dapur umum, membawa piring, menunduk seolah takut kalau-kalau ada ranjau. “Dia siapa, Kak Nahar?” tanyaku pada kakak keempat. “Itu? Dia santri putra, namanya anu…nanti dia mau ke Maros, jadi anak tahfiz.” jawab Kak Nahar singkat. Sama singkatnya dengan aku yang juga hanya melihatnya sekilas. Sambil lalu saja. Lalu lupa. II Pengajian malam Rabu, Masjid Jami’, Maros. Kelas I Tsanawiyah (kelas tujuh SMP) “Siapa itu yang mengaji?” tanganku berhenti mencoret-coret kertas yang sedari awal sejak MC bicara, sudah kulakukan. Teman disebelah yang juga tidak serius mengikuti pengajian, mengangkat bahu tidak tahu, malah ikut memajukan badan. Hendak melihat siapa gerangan yang mengaji dengan suara indah. “Ooh…masya Allah” Kepalanya yang menunduk, aku ingat. oh dia sudah di sini rupanya. Aku kembali duduk
Selamat Datang di Rumah Keduaku. Tempat Pulang yang Nyaman. Pada Alamat Kebaikan. Semoga.