Skip to main content

Nasihat Dari Abba Untuk 10 Terakhir Ramadhan Kita

Hasil gambar untuk ARIF MARZUKI
http://v1.makassarterkini.com/iman-bukan-hanya-shalat-dan-puasa/





Alhamdulillah. Alhamdulillahirabbilalamiin…

Hari ini hari pertama dari sepuluh terakhir  bulan suci yang Allah hadiahkan pada kita semua. Hari dua puluh satu Ramadhan. Alhamdulillah untuk kesempatan hidup, kesehatan, juga petunjuk yang Allah beri hingga detik ini.

“Permulaan Ramadhan itu adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan (maghfirah), dan penghujungnya adalah kebebasan dari api neraka.” (Sabda Rasul SAW)

Semoga Allah terima semua amaliyah Ramadhan yang sudah kita persembahkan dan mengampuni semua dosa-dosa kita.
___                                                                       

“Dan jika Kami menghendaki, niscaya Kami berikan kepada setiap jiwa petunjuk baginya, tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dariKu, “Pasti akan Aku penuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia bersama-sama.” (Q.S. As-Sajdah: 13)

Ini bukan sebuah quote dari seorang filsuf, bukan dari seorang sastrawan surealis, bukan pula dari seorang  alim ulama. Tapi dari Dia, sebuah qalam dari Dzat yang Maha Segala. Kebenarannya mutlak.

Rasanya ngeri  membayangkan bagaimalah jika Allah tak meridhai langkah kita? bagaimana jika Allah cabut petunjuk yang sudah Dia berikan dan kita menjadi satu dari bukti nyata ayat reminder tersebut? Naudzubillah.

Sebab kerja-kerja setan sulit kita tebak  juga kadang sulit untuk kita lawan, sebab, apalah kita ini tanpa petunjukNya?

Menafsirkan qalamNya, pun seayat, sungguh bukan kapasitas seorang Hikmah. Saya hanya akan mengulas sedikit dari  kajian tafsir ba’da shubuh  (16/06)  di masjid Jami’ oleh abba Hafidzahullah, pimpinan pesantren Darul Istiqamah. 

Sebab “Menulis, menjaga ilmu pengetahuan dan amal jariyah.” Begitu quote dari Ust. Fakhruddin Achmad, Ketua FLP Sulsel di suatu shubuh saat menjadi moderator dalam bedah buku Prof.dr. Veni Hadju, MSc, PhD*

Dua puluh Ramadhan telah berlalu, maka sepuluh terakhir Ramadhan semoga bisa kita maksimalkan dengan amaliyah-amaliyah syurgawi dalam apapun bentuknya. Sebab luar biasa hari-hari terakhir Ramadhan yang akan kita lewati ini, iman kita akan diuji lebih berat (ada urusan baju lebaran, kue-kue dll). Semoga Allah tak mencap kita dengan status hamba adh’aful imaan, hamba yang meski sudah diberikan kesempatan bertemu Ramadhan hngga di hari-hari terakhir, tapi masih juga beramaliyah yang biasa-biasa saja, santai-santai saja tanpa usaha untuk memaksimalkannya. Naudzubillah. Sebab, setelah status adh’aful iman, ada status sebagai hamba yang bahkan tak  ada iman di hatinya meski sebesar zarrah.

Sungguh ini ancaman yang besar. Bagaimanalah jika kita sudah merasa bangga pada amal shalat dan puasa kita tapi ternyata Allah menganggap bahwa kita hamba  yang tak beriman hanyak karena beramal tanpa penghayatan dan keikhlasan?

 Soalan itu, sungguh kita meski senantiasa berdoa agar Allah tetapkan hati kita dalam keistiqamahan yang baik-baik saja. Sebab, Allah tentu akan memuliakan seorang hamba yang juga memuliakan sesuatu yang mulia juga.

Jikalau masih ada yang pusing perihal amalan apa yang dikerjakan yang bisa menghapus dosa dan menambah pahala dan ringan dilakukan, maka ada satu amalan yang bisa kita lakukan nyaris di semua tempat, tanpa budget sepeserpun, tanpa tenaga yang banyak. Dzikir

Kalaulah di luar Ramadhan saja Allah berikan pahala yang banyak pada hamba yang senantiasa berdzikir, maka di Ramadhan Allah berjanji untuk melipatgandakan semua kebaikan dan mengampuni dosa-dosa. 

Saat duduk, saat berjalan, saat bekerja, di sebuah perjalanan menuju pasar, menuju mall, saat bikin kue, saat menyiapkan buka puasa, dalam banyak keadaan, kita bisa berdzikir, mengingat Allah. Ada banyak contoh-contoh dzikir, macam-macam istighfar, bahkan ada sayyidul istighfar. Dan lagi di sebuah hadits rasul mengajarkan kita sebuah doa yang beliau sunnahkan agar sering- sering dibaca di sepuluh terakhir Ramadhan.

Diriwayatkan dari sayyidina Aisyah r.a. yang menceritakan:

“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, jika aku menemuil lailatul qadr, apakah doa yang paling baik untuk aku ucapkan? Rasulullah menjawab; “Kamu bacalah doa (yang berbunyi); “Ya Allah, Ya Tuhanku! Sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemaaf, Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah aku.” ( H.R. Tirmidzi)

Akhirnya,  semoga Allah senantiasa berkahi setiap langkah kita, memberi petunjuk juga kesehatan dan kesempatan dalam beramal, khususnya di sepuluh Ramadhan terakhir ini. Mari memperbanyak amaliyah positif, senantiasa berhusnuzzhan kepada Dia dan hambaNya. Agar tak ada amalan yang sia-sia. 

“Sesungguhnya amalan-amalan itu terletak pada penghabisannya.” (H.R. Bukhari)


Jum’at. 16 Juni 2017/ 21 Ramadhan 1438

#onepostsomeweeks #astaghfirullah
#Ramadhanmabruuk

Comments

Popular posts from this blog

Kepada Dirimu, Hafsah.

Kepada dirimu, Ada waktu-waktu saat kita saling berbicara tentang kelu yang kita rasa bersama. Ada mata yang basah saat mengenang sedihnya menjadi perempuan seperti kita. Tapi itu dulu,  dua tiga tahun yang lalu. Kita sudah memilih berbahagia dengan banyak sekali cara, turut bergembira dan memeluk hangat, ketika kawan kita yang lebih dulu_ dan lagi-lagi_ diizinkan  Tuhan. Bukan kau atau aku. Kita sudah menyabarkan diri, memilih lebih percaya Tuhan Daripada sesak yang terus berlarut. Sesekali kembali basah, tapi tak mengapa membiarkannya  tumpah mungkin lebih baik Daripada berkarat hati dan runtuh kepercayaan padaNya, pada Tuhan yang lebih dekat daripada urat leher kita sendiri. Kau tahu?  Setiap kali aku ingin merutuki takdir, menangis sesegukan di ujung kasurku,  Saat setanku berbisik untuk mengutuk Tuhan, aku melihatmu. Duduk disampingku dengan mata sembab dan  luka yang lebih dibanding aku. Atau sekali waktu, kau datang dengan

Drama dalam Kepala Buibu

Assalamualaikum, rumahku... Apa kabar? masih dengan status "hidup ndak, mati ogah" yah, rumah? heheh iyya... i need you but always forget you yah. Sini peluk rumahku diriku bukuku! Eniwei, alhamdulillah, syukur yang dalam nan tulus karena Allah masih berikan kita kesempatan hidup sehat dalam keadaan masih muslim untuk ketemu Ramadhan ini; bulan penuh cinta paling hidup. Dear, rumahku. Temani saya ngobrol bout two choices yang lagi riuh pisah di kepalaku sendiri yah, here we go bismillah. Em, diskusi bout being a full mom at home atau being a working mom adalah topik yang menurutku ndak pernah etis  buat didebatkan mana yang paling mengambil peran termulia sebagai ibu dan mana yang 'ibu setengah mulia karena kerja di luar rumah' atau malah menjadi 'ibu kolot tidak terpelajar karena di rumah saja ngurus urusan dapur kasur', semua tergantung niat, kualitas diri dan keridhaan anak suami menurutku. Lets see the world, ada banyak ibu full time di

Bagaimanakah Besarnya Cinta Allah Padamu, Sayang?

Hokeh, ini rumah keduaku. Tempat tumpah macam cerita, juga sampah-sampah. Meski sebenarnya saya selalu berharap ada sampah yang bisa kalian daur ulang di sini, dengan bentuk yang jauh lebih baik. Pemahaman yang baru. Hari ini alhamdulillah saya berkesempatan juga jenguk Alif di RS Wahidin Makassar. Dia masih di ICU, pasca operasi Senin (091017) kemarin dia sempat sadar sehari kemudian muntah-muntah, demam tinggi dan sampai sekarang matanya belum terbuka-buka. Tapi dia merespon alhamdulillah kalau kakinya dielus, ada gerakan kecil dan lemah. Juga begitu kalau badannya dimandi, mamanya bilang dia bersuara kalau dimandi, meskipun dengan suara yang sangat lemah dan singkat. Tapi itu sudah syukur sekali kata mamanya. Badannya panas, dua kaki kecilnya  membengkak entah kenapa. Ada beberapa selang  di tubuh kecil nan ringkihnya Alif. Satu di antaranya selang yang dipasang di bawah  kulit perut; kalau tidak salah iyyah begitu kata dokternya tadi, waktu kukira selang itu dipasang di lambung.