Demi satu September yang sudah habis ditelan waktu,
tubuhku menjelma menjadi makam. Yang menyimpan cerita-cerita paling dusta.
Memulangkan mimpi-mimpi yang dibuat dan diingkari sendiri.
Oleh aku.
Merangkai huruf-huruf di dinding-dinding hijau pupus kamarku,
lalu mengaborsinya sebelum menjadi katakata yang utuh. Menguburnya sebagai khayalan sahaja.
Tubuhku adalah makam.
Dari kepingan-kepingan mimpi yang lebih jauh dari batas langit dan lautan.
Berteriak kupeluk, meronta ingin menjadi kata lalu kalimat
dan menetap di rumah abu-abu ini.
Tapi gaung sekadar gaung, aku renta dengan segala hal paling sia.
Mengizinkan diri menjadi paling kerdil
Tubuhku adalah makam
tapi kenapa kudengar degupku sendiri?
kata-kata lalu penuh di sisi-sisi
menjadi yang paling sahaja nan riang
Seketika! setelah kupaksa jemari mengetuk pintu
pada rumah paling abu-abu ini.
: Dan aku pulang di malam ini.
Demi satu September di bilangan dua September.
Dalam malam yang paling hening
Aku pulang.
____
Rumah Tahfidz, 2018. 21.23
Comments
Post a Comment