Skip to main content

Hadiah Dari SPIDI

Seperti tahun-tahun kemarin, yang selalu kuharap setiap kali berulang tanggal adalah hadiah doa dan surat dengan tulisan tangan di atas kertas.

Doa, saya sesungguhnya berharap selalu ada setiap hari, entah dari siapa. Sebab saya selalu percaya, bahwa yang menjaga baik-baiknya hari yang kulewati adalah ratusan doa dari banyak arah. Dari mama bapak, saudara, keluarga besar, guru, dan kawan-kawan, di dunia nyata, pun di dunia maya.

Doa tetap saja doa namanya; penjaga.

Dan perihal surat. Meski berkali-kali kupikirkan, itu memang sungguhan hadiah yang manis. Saat seseorang mencari pulpen  kertas, menulis rangkaian kata; doa, kritikan, cerita, atau apa saja yang bisa menjadi kalimat, sambil mengingat si penerima.

Dan lagi, di zaman serba instan ini, aplikasi berkirim pesan, video, gambar, berbagai macam namanya. Tinggal milih. Banyak. Lebih cepat sampai, gak bikin repot nulis tangan segala kek anak sekolahan.

Dalam album foto, saya turut menyimpan hadiah surat, dalam buku diary juga ada. Hadiah yang manis yang kalau bongkar album dan diary-diary bisa kembali kubaca, lalu ingatan tentang pengirimnya pun kembali bisa kukenang dengan manis, dengan doa.

Hadiah, dia biasa _dan bisa_ saja datang tepat waktu, sebelum atau sesudah hari H, dan bisa juga tidak datang sama sekali😂

Tapi tahun ini, alhamdulillah, hadiahku datang bahkan tiga minggu lebih cepat sebelum hari lahirku duapuluhduatahun yang lalu. Hadiah yang jauh lebih besar dari ekspektasiku. Hadiah yang membayangkannya saja tidak pernah sama sekali.

Tiket pesawat gratis!

Sounds so norakk yes? Sounds like helloo, Hikmaah...kamu dapat tiket bukan buat liburan tapi buat amanah menjaga santri-santri! Lagipulaa, hellooo, siapa yang bilang tiket gratisnya hadiah ulang tahuun?? Sounds like helloo, memangnya kami se-care apa sampai tahu hari ulang tahunmu??

Iyya, August 02 kemarin, saat matahari lagi semangat-semangatnya menyinari bumi Maros, membahagiakan ibuk-ibuk yang saban pagi sudah merapal doa agar cucian bisa segera kering nan wangi, kabar itu datang dari ibu kepsek, Ibu Ina.

Responku? Happy of course! Heiii inii kesempatan naik pesawat pertamakuu selama jadi anak manusia😌

Tapii, saya yang cenderung ekspresif, menyimpan happy itu baik-baik. Meski rasanya ada kupu-kupu yang menggelitik manja, senyumku berhasil kutahan-tahan. Tidak kuceritakan kepada bapak mamak seperti biasanya kala saya berbahagia. Saya menganggapnya rahasia. Hatiku kutenangkan, sampai ratusan dzikir kubaca  agar kalau akhirnya memang hoax, saya tidak perlu sedih.
Tidak boleh happy dulu karena kabar itu dari ibu kepsek, bukan dari kepala divisiku.

Pun setelah saya bertemu tim kwarcab pendamping, rapat bersama membahas lalalanya kegiatan meninjau Raimuna Nasional (Rainas)  di Cibubur, Jakarta Timur nanti. Bahagiaku masih kutahan dengan baik. Dan lucu saja mendapati bahwa ternyata saya berhasil memanagenya, i know my new self then.

Dan, Jum'at tanggal 04 kemarin, sepulang dari walimatul ursy sodara teman kerja, saat matahari juga lagi semangat-semangatnya menyinari bumi, sukses membuat lelehan keringat menghapus bedak tipisku, kabar itu datang. Tersampaikan langsung oleh kepala divisiku, Ummi Tia', di teras rumah satu.

Dan  masyaallah, happy boleh kaan??

Dalam banyak hal, kita semua pernah mengalami euforia exiting, amazed, karena mendapatkan atau merasakan sesuatu yang baru, bukan?

Thats what i'm feeling. Bersyukur untuk sesuatu yang baru pertama kali insyaallah akan kurasakan.
Kesempatan pertama.

Tapi i know, kakiku belum menginjak tangga pesawat, tubuhku belum bersandar menikmati awan gemawangNya Allah,  kakiku belum menapak di tanah kota orang, maka bahagiaku tidak boleh meledak melumpuhkan akal sehat.

Terima kasih, Ibu Ina. Terima kasih, Ummi Tia'. Terima kasih, SPIDI.

Mohon doakan saya semoga amanah.🙏🙏

Terima kasih juga sudah mengamanahi saya menjadi MC di dua hari acara hebat kita. Thank you so much for choosing me, Bunda Mina. I'll try my best next chance insyaallah. Even saya rada-rada nganu, percayalah, saya merasa sangat bahagia. Sungguh. Itu cerita yang hebat yang bisa kubagi dengan bapakku maghrib tadi. Ada kilat bangga di mata tuanya, Bunda.Terima kasih!

Dan  lagi, hari ini, setelah belasan tahun yang lalu saya rekreasi ke Bantimurung Alam bersama teman-teman TK/ 1 SD, akhirnya saya ke sana lagi, bersama kalian, teman kerja rasa saudara. Ini tentang kesempatan memutar kembali kenangan masa kecil dengan rasa yang berbeda.

Terima kasih banyak untuk keridhaanta', Ibu Cia. Rasanya menyenangkan sekali sebelum berangkat tadi, ibu menghampiri dengan riang divisi kami. Bahagia yang berlipat-lipat. Saya sungguh menoticenya dalam hati, Bu☺

Dan surely, kepada ibu direktur🙈...terima kasih banyak karena selalu percaya dan mendukungku, Bu. Dan kilat percaya yang tulus di matata', Bu...memoriku selalu memutarnya dengan baik. Terima kasih banyak🙏🙏

KaNaa, Kak Putri, Kak Ria, Kak Marda, Muti...terima kasih banyak sudah jadi warna warni yang menyenangkan.

Tiket pesawat, menjadi MC dan rihlah ke Bantimurung.

Izinkan saya menamai tiga hal itu sebagai hadiah duapuluhduatahun kehidupanku. Saya bahagia. Sungguh!


Jum'at, 11 Agustus 2017 || 01:11

____

Untuk draft sejak hari itu, hari ini selesai alhamdulillah.
Sekaligus untuk challenge tulisan ODOP "INI GUE BANGET!"

Comments

Popular posts from this blog

Drama dalam Kepala Buibu

Assalamualaikum, rumahku... Apa kabar? masih dengan status "hidup ndak, mati ogah" yah, rumah? heheh iyya... i need you but always forget you yah. Sini peluk rumahku diriku bukuku! Eniwei, alhamdulillah, syukur yang dalam nan tulus karena Allah masih berikan kita kesempatan hidup sehat dalam keadaan masih muslim untuk ketemu Ramadhan ini; bulan penuh cinta paling hidup. Dear, rumahku. Temani saya ngobrol bout two choices yang lagi riuh pisah di kepalaku sendiri yah, here we go bismillah. Em, diskusi bout being a full mom at home atau being a working mom adalah topik yang menurutku ndak pernah etis  buat didebatkan mana yang paling mengambil peran termulia sebagai ibu dan mana yang 'ibu setengah mulia karena kerja di luar rumah' atau malah menjadi 'ibu kolot tidak terpelajar karena di rumah saja ngurus urusan dapur kasur', semua tergantung niat, kualitas diri dan keridhaan anak suami menurutku. Lets see the world, ada banyak ibu full time di

Kepada Dirimu, Hafsah.

Kepada dirimu, Ada waktu-waktu saat kita saling berbicara tentang kelu yang kita rasa bersama. Ada mata yang basah saat mengenang sedihnya menjadi perempuan seperti kita. Tapi itu dulu,  dua tiga tahun yang lalu. Kita sudah memilih berbahagia dengan banyak sekali cara, turut bergembira dan memeluk hangat, ketika kawan kita yang lebih dulu_ dan lagi-lagi_ diizinkan  Tuhan. Bukan kau atau aku. Kita sudah menyabarkan diri, memilih lebih percaya Tuhan Daripada sesak yang terus berlarut. Sesekali kembali basah, tapi tak mengapa membiarkannya  tumpah mungkin lebih baik Daripada berkarat hati dan runtuh kepercayaan padaNya, pada Tuhan yang lebih dekat daripada urat leher kita sendiri. Kau tahu?  Setiap kali aku ingin merutuki takdir, menangis sesegukan di ujung kasurku,  Saat setanku berbisik untuk mengutuk Tuhan, aku melihatmu. Duduk disampingku dengan mata sembab dan  luka yang lebih dibanding aku. Atau sekali waktu, kau datang dengan

Bagaimanakah Besarnya Cinta Allah Padamu, Sayang?

Hokeh, ini rumah keduaku. Tempat tumpah macam cerita, juga sampah-sampah. Meski sebenarnya saya selalu berharap ada sampah yang bisa kalian daur ulang di sini, dengan bentuk yang jauh lebih baik. Pemahaman yang baru. Hari ini alhamdulillah saya berkesempatan juga jenguk Alif di RS Wahidin Makassar. Dia masih di ICU, pasca operasi Senin (091017) kemarin dia sempat sadar sehari kemudian muntah-muntah, demam tinggi dan sampai sekarang matanya belum terbuka-buka. Tapi dia merespon alhamdulillah kalau kakinya dielus, ada gerakan kecil dan lemah. Juga begitu kalau badannya dimandi, mamanya bilang dia bersuara kalau dimandi, meskipun dengan suara yang sangat lemah dan singkat. Tapi itu sudah syukur sekali kata mamanya. Badannya panas, dua kaki kecilnya  membengkak entah kenapa. Ada beberapa selang  di tubuh kecil nan ringkihnya Alif. Satu di antaranya selang yang dipasang di bawah  kulit perut; kalau tidak salah iyyah begitu kata dokternya tadi, waktu kukira selang itu dipasang di lambung.