Menjelang maghrib, setelah mandi sore
"Ummi, ummi... ada mau kucerita..."
"Kenapa, Faa? Apaan, sayang?"
"Ummi, ada toh orang yang nakenalmka bilang anak disimpanjka di sini, nabilangika anak panti. Terus-terusankan nabilangi."
"Siapa, nak? Siapa yang bilang begitu?"
"Ndak kutahu ummi namanya, temannya kaka Kikki
Kakak-kakak.. yang penting nabilangi teruska anak panti."
"Nanti.. kalau ada lagi yang bilangi Oofa, jawab "saya bukanka anak panti. Anaknyaka ibu Nur Hikmah dan Ustad Mustaghfir. Oofa anaknya ummi dan abba."
"Nataumi ummi, jadi nabilangi teruska. Mengerasmi sebenarnya tanganku. Marah sekalika, tapi kutahan terus diriku baru pulangmka ke rumahnya nenek."
"Iyye. Maafkanmki. Nanti Oofa kalau ada lagi yang bilangi jawab kalau Oofa anaknya ummi abba. Anaknya juga ayah bunda. Bukan anak panti."
....
Itu satu dari sekian cerita Oofa hari ini. Topiknya lebih serius, serius menyakiti hati kanak-kanaknya dan melubang ngilu di hatiku.
Dua puluh tahun lebih mama hidup dengan status ibu panti. Menghidupi ratusan santri dari berbagai daerah. Maka dengan status itu, saya dan saudara punya ratusan saudara dari rahim yang berbeda. Dan kami bahagia. Apa yang mereka makan itu pula yang kumakan, satu dibelikan baju, semua diusahakan juga memiliki baju baru. Tiada beda mama bapak memperlakukan saya bersaudara dengan anak-anak pantinya. Bahkan sering kudengar bapak menasihati agar tidak pernah menyimpan cemburu ketika saudara-saudara beda rahim itu mendapatkan hadiah atau bingkisan dari orang lain dan kami bersaudara tidak. Bapak selalu bilang bahwa kami lebih beruntung punya dan bisa lihat muka bapak dan mama setiap hari. Mereka tidak.
Lalu, kenapa rasanya ngilu ketika Oofa disebut anak panti?
Karena entah. Sungguh entah. Hanya saja karena kutahu Oofa tidak pernah kehilangan peluk sayang dan belai kepala abba umminya. Berbeda dengan ratusan anak-anak panti mama dengan berbagai macam kasus.
Oofa anakku. Dia punya abba dan ummi. Itu saja yang kutahu.
Jadi, dear kalian... mohon, mari ajari anak kita agar selalu berbicara yang baik kepada temannya. Bagaimana pun berbedanya mereka pada anak kita. Sebab kanak-kanak bukan berarti tak berhati. ☺
_____
Ahad, 4 Maret 2018 || 23.58
Rumah Tahfidz
Comments
Post a Comment